Senin, 17 September 2012

PALEMBAYAN...Saksi Kebersamaan Kita




Minggu, 16 Agustus 2010

”nah ni dia kak ana baru datang, ko’ telat sih kak..??? ”  tanya sari dan zia saat aku menghampirinya. Teman-temanku sudah berkumpul dari tadi diterminal aur kuning. Tinggal menunggu keberangkatan menuju desa palembayan, tempat dimana kami akan mengadakan pesantren ramadhan kali ini.
 ” sory banget ya, tadi ada surat-surat  yang harus aku ketik, jadi telat deh..”dengan rasa bersalah aku meminta ma’af kepada mereka atas keterlambatanku.        
Pukul sepuluh menjelang siang, terik matahari perlahan-lahan menyapa tubuhku, udara memang terasa panas, hiruk pikuk kendaraan yang lalu lalang membuatku ingin cepat-cepat menuju desa palembayan. ”wah aku udah ngga’ sabar lagi nih ingin berada disana, melihat pemandangan yang indah,menghirup udara segar dan mandi di sungai yang jernih”, ujarku dalam hati.
”yuk kawan-kawan bis nya udah nunggu tuh dekat mobil binter, kita harus segera berangkat” instruksi dari ketua hmj membuyarkan lamunanku.
Aku bergegas menuju bus bintros jurusan bukittinggi – palembayan yang akan segera berangkat. Sesaat setelah melompat kedalam bus aku bernafas lega. Aku merebahkan tubuh yang penat dan berharap bisa menikmati perjalananku. Tidak semua kursi terisi di bus ini dan hampir semua penumpang adalah teman-temanku yang akan menjadi instruktur pesantren Ramadhan. Aku duduk sendirian dikursi paling depan tepatnya dibelakang supir sebelah kanan. sedangkan teman-temanku yang dibelakang duduk berdua-dua. Ya setidaknya ada yang bisa mereka ajak ngobrol biar g’ suntuk selama diperjalanan. Sebenarnya aku sedikit iri melihat mereka, but it’s okey, aku berusaha menghibur hatiku dengan bernyanyi sambil melihat-lihat pemandangan yang asri. Tak lama setelah bisku memasuki daerah matur, seorang temanku maju kedepan dan duduk disampingku. Dia adalah ketua kosma dilokalku,teman-teman biasa memanggilnya abeel. Dia mencoba mengajakku ngobrol dan bercanda bersama geby yang juga ikut duduk didepan.
Kurang lebih empat jam waktu yang kami tempuh. Selain jauh, jalanan yang berlika-liku ini cukup membuat perutku terasa mual. Apalagi bus yang kutumpangi meleset sangat cepat seperti peluru, tidak jarang tubuhku terlempar kekiri dan kekanan. Kebanyakan teman-temanku sudah tertidur pulas, abeel dan geby pun tampaknya sudah mulai diam. Karna tidak ada lagi yang bisa aku ajak ngobrol,akupun berusaha mengiringi alunan suara merdu nike ardila yang distel oleh pak supir. Tak lama aku tertidur lelap, dibuai nyenyak sejuknya angin yang bertiup dari jendela. meski sekali-sekali aku terbangun saat busku berhenti mendadak.  
Tiba-tiba aku tersentak ketika mendengar pemberitahuan bahwa perjalanan kami sudah usai.
 ” Salareh aia..salareh aia.., ayo turun kita sudah sampai....” teriak beberapa orang temanku.
Sambil mengucek-ngucek mataku yang masih ngantuk, aku bertanya kepada salah seorang teman  yang duduk dibelakangku. ” emang kita udah nyampe’ ya..???”
udah tau, ayo buruan turun” sembari mengajakku berjalan menuju pintu belakang.
 Semua temanku sibuk membereskan barang masing-masing berharap tidak ada yang ketinggalan di bis. Dengan sebuah tas dipundakku cepat-cepat aku turun dan berhenti didepan sebuah sekolah. Sejenak aku memperhatikan bangunan sederhana yang ada didepanku.
Mungkin sekolah ini adalah tempat belajar adek-adekku yang akan ikut pesantren Ramadhan nanti.  Bangunan ini  kelihatannya sudah lama,dengan cat dinding krem yang sudah mulai pudar. Pekarangannya kecil, tak ada satupun bunga atau pohon yang tumbuh, hanya ada tiang bendera yang berdiri kokoh ditengah-tengah halaman. Air jernih dari got kecil mengalir disepanjang pekarangan, tempat mereka membasuh muka ketika ngantuk dikelas dan berwudhu’ sebelum shalat. Dibelakang bangunan ini terbentang sawah hijau yang luas, dan dihiasi bukit-bukit yang berbaris rapi dari kejauhan. sungguh pemandangan yang sangat indah dan menakjubkan.
 Ada enam ruangan terdapat pada bangunan ini, tiga ruangan untuk kelas belajar para siswa, satu ruangan untuk kantor guru, satu ruangan untuk tempat shalat,  dan satunya lagi tempat kursus komputer.
Namun aku tidak menemukan perpustakaan di sekolah ini. Padahal pustaka itu banyak sekali manfaatnya bagi para siswa, diantaranya untuk meningkatkan minat baca mereka untuk mendapatkan banyak pengetahuan.
Beberapa saat kemudian aku dibawa kesebuah rumah didepan sekolah, tempat aku berteduh melepas lelah selama satu minggu ini. Aku menarik koper kecilku menuju sebuah kamar bersama 9 orang teman putriku. Kamarnya sempit tidak cukup untuk jumlah kami sebanyak 10 orang. Namun kami tetap bersyukur bisa tinggal disini. Ya kalau buat tidur kami tidak terlalu ambil pusing, karna kami bisa tidur diruang tamu yang cukup besar. Hanya ganti pakaian saja didalam kamar.
Setelah shalat dzuhur dan melepas lelah sesaat, aku dan teman-teman kembali berkumpul disebuah ruangan sekolah. Sepertinya ruangan ini sudah disediakan untuk tempat istirahat sekaligus posko instruktur. Disinilah kami akan bermusyawarah, berdebat, saling bertukar pikiran, dan mempersiapkan segala kegiatan-kegiatan yang akan kami angkat selama tujuh hari ini. Ruangan yang selalu dipenuhi senda gurau, seolah tak ada kesedihan yang datang menghampiri kami. Walau kadang kami merasa letih dan lelah, namun semua itu lenyap oleh kerjasama dan tawa canda yang selalu menemani kami setiap hari. Ruangan ini yang akan menjadi saksi kebersamaan kami  HMJ Program Khusus two thousant and ten.

Senin, 17 agustus 2010

Pagi ini mentari mulai memancarkan sinarnya. Ini adalah pagi pertamaku didesa palembayan. Angin bertiup menyejukkan hati.  Jalanan masih sepi, suara hiruk kendaraan yang lalu lalang dijalanan kota  tidak terdengar lagi. Hanya ada kicauan burung yang menari-nari diatas pohon, seakan sedang bernyanyi menyambut pagi hari yang segar dan indah ini. Udara masih terasa dingin, kulangkahkan kakiku keluar rumah. Rumput-rumput masih basah dan tanah sedikit berair, sisa-sisa air hujan tadi malam. Aku terus berjalan menapaki jalan raya didepan sekolah sambil menikmati udara pagi.
cieeeee bu’ noe pagi-pagi udah jalan-jalan sendiri, ntar nyasar lho...” saroh yang biasa memanggilku dengan sebutan bu’ noe itu berusaha menggodaku. Ngga’ tau kenapa gelar bu’ noe sudah lekat saja pada diriku, mungkin karna aku pernah menjadi gurunya selama satu tahun sewaktu pengabdianku di ponpes adlaniyah . Panggilan ustadzah waktu dipesantren dulu diganti menjadi buk, dan noe diambil dari nama belakangku noerizza, maka jadilah buk noe. Lucu juga ya...hehheeee,,,J
iya ni kakak, semangat amat...ada apa niee..??”  nurul yang sedari tadi duduk diteras rumah juga ikut godain aku.
ya harus semangat donk...kalian lupa ya, sekarang kan tanggal tujuh belas agustus hari kemerdekaan republik indonesia. Jadi kita harus semangat kaya’ pejuang-pejuang kita dulu. Walaupun kita ngga’ ikut upacara kemerdekaan, setidaknya kita bisa mengenang pengorbanan dan semangat juang para pahlawan kita dulu, ya ngga’?” paparku panjang lebar kepada mereka.
”betul betul betul...we must keep spirit for our success..!!! bela Sila yang baru saja datang menghampiri kami.
Tiba-tiba Adek muncul dan langsung ikut nimbrung bersama kami. Adek berasal dari pasaman, tapi tahu seluk beluk palembayan. Lho ko’ bisa...???.  Ternyata  dia pernah sekolah disana selama tiga tahun waktu mts dulu, makanya akrab sama masyarakat sana dan tak sedikit tempat-tempat yang dia ketahui. Ada lagi hal yang lebih aneh dari sosok seorang adek, yaitu soal nama. Semua orang memanggilnya adek, padahal kalau dilihat dari namanya ngga’ ada sedikitpun kata adek, sangat jarang sekali orang yang tahu nama aslinya ”Desi Maziah”. Bahkan anak-anak kecil disana tidak ada yang memanggilnya kak Desi, tapi Ni adek. Ada-ada saja...udah kakak, adek lagi....:-)
kak mandi yuk,mumpung masih pagi lho..” gadis berkacamata yang akrab dipanggil echa itu datang mengajakku mandi.
o iya acara kita kan mulai jam 8,  ya udah kita kesungai sekarang aja...” pipit yang dari tadi diam akhirnya  bersuara mendukung  ajakan echa.
he eh, yuk kita kesungai... ” aku mengiyakan ajakan mereka, dan tak lupa mengajak teman-teman yang lain juga.

*****
 Pukul delapan para siswa dan guru-guru Mts S MTI  berdatangan dan menuju ruangan yang sudah dipersiapkan.  Sebentar lagi acara pembukaan pesantren ramadhan akan dimulai. Para instruktur pun sudah berkumpul disana. Aku ditunjuk sebagai MC untuk acara pembukaan ini. Sementara menunggu kepala sekolah, kami meminta dari perwakilan siswa untuk membawakan satu atau dua buah lagu dengan alat musik yang biasa mereka mainkan.
Kami cukup terhibur oleh penampilan mereka.
Tak lama kemudian sosok kepala sekolah yang kami tunggu-tunggu pun datang. Aku bersyukur acara ini berjalan dengan lancar, meskipun terdapat sedikit kekurangan. Dalam pembukaan tadi kepala sekolah menyampaikan pidatonya dengan semangat, tak kalah oleh semangat para pejuang kita. Beliau adalah pahlawan bagi masyarakat dan para siswa mti khususnya. Dengan kehidupan yang sangat sederhana, beliau masih bisa memikirkan kalangsungan pendidikan anak-anak dikampung itu. Kebanyakan siswa yang menutut ilmu di mti itu dalah anak-anak yang kurang mampu, dan mereka belajar disana gratis tanpa dipungut biaya sedikitpun. Berkat kerja keras dan perjuangan kepala sekolah lah sekolah ini masih bisa bertahan. Mungkin sudah lebih sepuluh tahun. Beliau berusaha mencari bantuan dan uluran tangan para dermawan untuk siswanya agar dapat sekolah dan menjadi orang sukses.  Sungguh mulia jasa bapak Damrizal atau pak idam panggilan akrab kepala sekolah itu.
Aku jadi teringat novel laskar pelangi, kisahnya persis seperti keadaan sekolah yang aku lihat. Walaupun belajar di sekolah yang kecil dan hidup dalam kesederhanaan, namun semangat mereka tak pernah redup dan terus optimis menyongsong cahaya masa depan.
Hari demi hari tlah kami lewati dengan segala suka dan duka dan segudang pengalaman. Wajah lugu dan lucu mereka selalu membuat kami bahagia, meski sekali-sekali kami jengkel dengan kenakalan mereka. Rasa lelah dan letih tak jadi halangan untuk membimbing dan mengayomi mereka.

Dear my sisters and brothers
MTs S MTI Salareh Aia

Kalaulah tangan ini sayap, pasti kakak kan terbang menembus gelap malam, tuk petik bintang-bintang dan membawa rembulan untuk kakak hadiahkan indahnya bagi Sang Maha, yang telah memberikan segala karunianya pada kita semua, karena seribu kata syukur takkan cukup wakilkan semua.
Adek-adek sekalian, apalah hendak dikata, hari ini tiba juga akhirnya, hari yang membuat hati bahagia sekaligus sedih. Kakak bahagia karena telah melewati hari-hari bersama kalian, kakak bahagia bisa berbagi tawa dan senyum bersama kalian, kakak bahagia karena telah membagi sedikit pengalaman kakak, kakak bahagia dapat melihat wajah-wajah kalian, kakak bahagia telah menjadi instruktur kalian, kakak bahagia pernah menjadi bagian dalam hidup adek-adek sekalian. Kalian adalah salah satu fragmen kehidupan kakak yang paling berkesan karena pertemuan kita ini mahal harganya, tak dapat dibeli dengan seribu kenangan manis lainnya.
Anyway, kakak sedih karena sering memarahi kalian, kakak sedih karena tidak bisa meningkatkan mentalitas kalian, kakak sedih karena belum bisa meningkatkan kualitas kalian, kakak sedih karena tak ada lagi yang bisa kakak berikan pada adek-adek kecuali do’a kakak untuk semua wajah yang mengukir senyum didinding hati kakak ini. Harapan-harapan kakak pada kalian tidak akan habis, kakak ingin dan kakak berharap adek-adek semua menjadi pribadi yang lebih baik dan terbaik nanti dan dimasa yang akan datang. Belajarlah dengan sungguh-sungguh karena kalian adalah harapan orang-orang yang mencintai kalian, prestasi kalian adalah bentuk kebahagiaan dan penghargaan bagi mereka.
Terakhir, kata apa yang pantas kakak ucapkan bagi kalian yang telah memberikan kakak sejuta pengalaman dan rasa. Jika ada bulan dan bintang yang bisa dipetik, pasti kakak berikan pada kalian satu-persatu agar tetap bercahaya dihati kalian. Jika kakak punya waktu yang luas pasti kakak kan habiskan semua bersama kalian. Tapi kakak tak punya itu semua. Kakak hanya miliki kata, satu kata yang tak cukup diucap hanya sekali, satu kata yang harus diucap berkali-kali seperti tasbih dan dzikir yaitu “TERIMAKASIH”. Bagi kakak, kalian adalah sesuatu yang mahal sekali.
Waktu yang telah mempertemukan kita dan waktu pulalah yang memisahkan kita. Maka demi masa yang terus berputar, semoga pertemuan dan perpisahan ini menjadi berkah dan bermanfa’at bagi kita semua. Untuk semua senyum dan tawa yang kalian bagi untuk kakak, dengan penuh cinta kakak ingin mengatakan “kakak sayang kalian semua”.

0 comments:

Posting Komentar