This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 21 September 2012

Rasa Yang Tlah Hilang


Seperti paus yang tersesat
Terdampar di laut dangkal
Nun dari perairan teduh
Bertanya-tanya kapan,
Bagaimana jiwa ini akan pulang
Kembali pada hangat rumah
Pada birunya rekat kasih sayang
Disana muara segala
Cita dan asa

Apakah masih tersisa rasa yang akan merekatkan kekuatan
Yang mulai tercecer di sepanjang perjalanan kita?
Kekuatan untuk terus berjalan dan berjuang sampai kita
Menemukan cahaya yang akan menuntun kita pada jalan pulang.
Apakah berkurang sekelumit sabar dari relung-relung batin
Sehingga perih telapak kaki ini terjang cadas dan kerikil
tajam?
Apakah tenggelam sudah lentera itu menjadi
padam?, lentera yang menemani gelap malam-malam duka
kita menjadi benderang bahagia.
Apakah tertinggal baju kesederhanaan disuatu tempat
yang terlupa?, baju yang ketika kita memakainya tidak usah terlalu rumit berpikir tentang pilihan-pilihan.
Apakah kita akan berhenti bertanya untuk memastikan, sampai dimana perjalanan kita?. Hanya untuk memastikan, apakah kita masih jauh dari sampai ataukah sudah dekat dengan impian kita.
Apakah masih rasa itu ada di dalam dada kita? Sekedar untuk bertahan agar tidak menjadi pecundang.

IC 08 In Diary



Pagi nan cerah dengan nyanyian alam yang tak pernah jenuh untuk menghibur, pancaran sang mentari sesekali memancarkan cahaya yang menggelitik mata, kesegaran tetesan embun pagi masih terasa aroma kealamiahannya. Rerumputan bergoyang dengan sentuhan musik sang bayu, menambah kekagumanku akan indahnya alam ini. Burung-burung menari riang  dibawah kapas putih nan lembut, menyampaikan pesan cinta tuk seorang pejuang ilmu.
Ini adalah hari pertamaku menduduki bangku kuliah. Aku bersama teman-teman berkumpul di sebuah lokal setelah mendengarkan kuliah umum. Masih teringat olehku wajah-wajah lugu yang mengisi ruangan saat itu. Kepala botak kaum adam mantan OPAK itu belum tumbuh dengan  sempurna. Kaum hawa pun tampak malu-malu saat berhadapan dengan insan yang baru dikenal.  Meski tampak lugu, namun rasa kebersamaan seakan membuka tabir ketidak kenalan antara kami. Hari itu adalah hari ta’aruf dan pemilihan kosma dikelasku. Aku berusaha mengenali temanku satu-persatu, setidaknya aku tahu nama dan asal mereka. Mereka datang dengan background kehidupan yang berbeda, almamater sekolah dan karakter yang berbeda pula. Begitu semangat dan optimisnya mereka mengawali medan yang sangat berat ini, serasa seorang laskar yang siap berperang dengan pedang dan panahnya. “We can if we think we can”, inilah semboyan yang dijadikan pemicu dalam menempuh perjuangan.
Teman-teman bagaimana kalau hari ini kita adakan pemilihan kosma, biar kelas kita ada yang menghendel” ajak Fadli mengawali pembicaraan.
Fadly adalah salah seorang temanku yang bergelar Lc. Eeeits, bukan alumni Al-Azhar Mesir lho, tapi Lulusan Canduang, sebuah Madrasah Aliyah yang berada di daerah ku, hehehe.
wah ide bagus tu..” semuanya setuju dan meminta siapa yang bersedia menjadi ketua. Menurutku Fadly adalah sosok yang pantas dijadikan kosma saat itu. Selain kritis dia juga berani dan berpengalaman dalam kepemimpinan. Akhirnya setelah mengadakan pemilihan, suara terbanyak jatuh kepada Fadly dan dia sah menjadi kosma perdana kami.
******

vie..cepetan, udah jam berapa nie!” teriak teman-temanku dari teras depan.
okey fren..sebentar aku ngambil sepatu dulu..” aku bergegas lari kearah mereka. Beberapa menit kemudian kami sudah sampai di sebuah gedung yang berada tak jauh dari tempat kos. Gedung yang lumayan besar, terdiri dari dua lantai dan beberapa kelas yang luas. Di depannya tumbuh pepohonan yang rindang memberikan kesan kedamaian saat kita berteduh di bawahnya. Seperti biasa aku selalu duduk-duduk di bawah pohon ini menunggu dosen datang. Hanya untuk sekedar bercerita, saling bercanda dan tertawa.
Tak lama muncul seorang laki-laki bertubuh tegap dan tinggi. Sepertinya ini dosen yang ku tunggu-tunggu.
 ini semester berapa?”  beliau bertanya  dengan suara tegas.
 semester satu pak, eh..ustadz” dengan terbata-bata aku menjawab.
“saya adalah dosen kalian, kita belajar sekarang” sembari melangkah menuju kelas dan kami mengikuti dari belakang.
 Vi,geser donk, aku duduk disamping kamu aja” Sambil meluruskan posisi duduk Ririn kembali berbisik diteligaku, “Vivi,nama dosen kita tu siapa…?”
“tadi waktu aku liat di jadwal, kalau g’ salah sie nama beliau ustadz Herman. Emank kenapa Rin..?”
Belum sempat temanku menjawab, pembicaraan kami terputus saat mendengar dosenku mengucapkan salam. Awalnya terkesan olehku pak Herman adalah sosok  dosen yang serius dan sedikit killer. Eh ternyata dugaanku salah, Beliau sangat baik, pengertian dan super pintar alias cerdas bin jenius. Kecerdasan intelektual beliau tidak perlu diragukan lagi. Bahasa Arab oke, hapalan Al-qur’an lancar, Structure ngewes. Nggak salah kalau waktu itu aku ngefens sama beliau..heeheee.

******
ma’dziratan ya thalabah, ji’tu ana muta’akhkhiran” sambil tersenyum pak Herman meminta ma’af atas keterlambatan beliau. Meski telah menunggu lama, namun kami sangat senang atas kedatangan dosen pintar dan jenius seperti beliau.
ayuhaa..madza ‘indana-l-yaum?”
 indana-l-yaum almuhadatsah
Lalu Beliau  menuliskan sebuah teks percakapan berbahasa arab dan meminta kami mempraktekkannya. Setiap kali praktek di depan kelas, kami dipanggil berpasangan putra dan putri, sehingga kami sedikit malu-malu dan kadang ada saja yang dijadikan bahan lelucon dan ketawa. Namun dari sinilah keakraban antara kami semakin terjalin dan rasa kekeluargaan itu kian erat.
wal an taqaddam ila-l-amam Alviany ma’a Rendi Saputra” aku kaget saat namaku dipanggil. Aku diminta mempraktekkan percakapan di depan kelas bersama Rendi. Dia adalah temanku yang paling care diantara teman-teman pria, rame dan mudah bergaul. Orangnya memang agak nyleneh dengan rambutnya yang kadang gondrong seperti changcuter, tapi dia baik dan perhatian. Kami sama-sama jebolan pondok pesantren di Pulau Jawa, sehingga aku dan Rendi tidak begitu canggung berteman karena lahir dari satu almamater.
Rendi juga tergolong usil di kelasku, sehingga tak jarang aku dan teman-teman menjadi sasaran keusilannya. Bahkan dialah orang pertama yang memberi gelar trio kwek-kwek kepadaku, Zahra, dan Ririn. Pada saat itu kami bertiga memang berteman dekat bahkan sangat dekat. Selain karena tinggal satu kamar, kami juga merasa satu ide dan sama-sama suka musik. Waktuku lebih sering kuhabiskan bertiga, kemana-mana bertiga, sehingga tak sedikit teman-teman menyebut kami trio macan, trio kwek-kwek atau tiga diva.
Meskipun aku, Ririn, dan Zahra berteman dekat, namun hubungan kami dengan teman-teman yang lain tetap terjalin dengan baik, seolah berwujud keluarga.  Terasa dekat jiwa ini meski tak sedarah. Bersatu dalam miliu wihdatul khoshah.
Bersambung.......

Senin, 17 September 2012

PALEMBAYAN...Saksi Kebersamaan Kita




Minggu, 16 Agustus 2010

”nah ni dia kak ana baru datang, ko’ telat sih kak..??? ”  tanya sari dan zia saat aku menghampirinya. Teman-temanku sudah berkumpul dari tadi diterminal aur kuning. Tinggal menunggu keberangkatan menuju desa palembayan, tempat dimana kami akan mengadakan pesantren ramadhan kali ini.
 ” sory banget ya, tadi ada surat-surat  yang harus aku ketik, jadi telat deh..”dengan rasa bersalah aku meminta ma’af kepada mereka atas keterlambatanku.        
Pukul sepuluh menjelang siang, terik matahari perlahan-lahan menyapa tubuhku, udara memang terasa panas, hiruk pikuk kendaraan yang lalu lalang membuatku ingin cepat-cepat menuju desa palembayan. ”wah aku udah ngga’ sabar lagi nih ingin berada disana, melihat pemandangan yang indah,menghirup udara segar dan mandi di sungai yang jernih”, ujarku dalam hati.
”yuk kawan-kawan bis nya udah nunggu tuh dekat mobil binter, kita harus segera berangkat” instruksi dari ketua hmj membuyarkan lamunanku.
Aku bergegas menuju bus bintros jurusan bukittinggi – palembayan yang akan segera berangkat. Sesaat setelah melompat kedalam bus aku bernafas lega. Aku merebahkan tubuh yang penat dan berharap bisa menikmati perjalananku. Tidak semua kursi terisi di bus ini dan hampir semua penumpang adalah teman-temanku yang akan menjadi instruktur pesantren Ramadhan. Aku duduk sendirian dikursi paling depan tepatnya dibelakang supir sebelah kanan. sedangkan teman-temanku yang dibelakang duduk berdua-dua. Ya setidaknya ada yang bisa mereka ajak ngobrol biar g’ suntuk selama diperjalanan. Sebenarnya aku sedikit iri melihat mereka, but it’s okey, aku berusaha menghibur hatiku dengan bernyanyi sambil melihat-lihat pemandangan yang asri. Tak lama setelah bisku memasuki daerah matur, seorang temanku maju kedepan dan duduk disampingku. Dia adalah ketua kosma dilokalku,teman-teman biasa memanggilnya abeel. Dia mencoba mengajakku ngobrol dan bercanda bersama geby yang juga ikut duduk didepan.
Kurang lebih empat jam waktu yang kami tempuh. Selain jauh, jalanan yang berlika-liku ini cukup membuat perutku terasa mual. Apalagi bus yang kutumpangi meleset sangat cepat seperti peluru, tidak jarang tubuhku terlempar kekiri dan kekanan. Kebanyakan teman-temanku sudah tertidur pulas, abeel dan geby pun tampaknya sudah mulai diam. Karna tidak ada lagi yang bisa aku ajak ngobrol,akupun berusaha mengiringi alunan suara merdu nike ardila yang distel oleh pak supir. Tak lama aku tertidur lelap, dibuai nyenyak sejuknya angin yang bertiup dari jendela. meski sekali-sekali aku terbangun saat busku berhenti mendadak.  
Tiba-tiba aku tersentak ketika mendengar pemberitahuan bahwa perjalanan kami sudah usai.
 ” Salareh aia..salareh aia.., ayo turun kita sudah sampai....” teriak beberapa orang temanku.
Sambil mengucek-ngucek mataku yang masih ngantuk, aku bertanya kepada salah seorang teman  yang duduk dibelakangku. ” emang kita udah nyampe’ ya..???”
udah tau, ayo buruan turun” sembari mengajakku berjalan menuju pintu belakang.
 Semua temanku sibuk membereskan barang masing-masing berharap tidak ada yang ketinggalan di bis. Dengan sebuah tas dipundakku cepat-cepat aku turun dan berhenti didepan sebuah sekolah. Sejenak aku memperhatikan bangunan sederhana yang ada didepanku.
Mungkin sekolah ini adalah tempat belajar adek-adekku yang akan ikut pesantren Ramadhan nanti.  Bangunan ini  kelihatannya sudah lama,dengan cat dinding krem yang sudah mulai pudar. Pekarangannya kecil, tak ada satupun bunga atau pohon yang tumbuh, hanya ada tiang bendera yang berdiri kokoh ditengah-tengah halaman. Air jernih dari got kecil mengalir disepanjang pekarangan, tempat mereka membasuh muka ketika ngantuk dikelas dan berwudhu’ sebelum shalat. Dibelakang bangunan ini terbentang sawah hijau yang luas, dan dihiasi bukit-bukit yang berbaris rapi dari kejauhan. sungguh pemandangan yang sangat indah dan menakjubkan.
 Ada enam ruangan terdapat pada bangunan ini, tiga ruangan untuk kelas belajar para siswa, satu ruangan untuk kantor guru, satu ruangan untuk tempat shalat,  dan satunya lagi tempat kursus komputer.
Namun aku tidak menemukan perpustakaan di sekolah ini. Padahal pustaka itu banyak sekali manfaatnya bagi para siswa, diantaranya untuk meningkatkan minat baca mereka untuk mendapatkan banyak pengetahuan.
Beberapa saat kemudian aku dibawa kesebuah rumah didepan sekolah, tempat aku berteduh melepas lelah selama satu minggu ini. Aku menarik koper kecilku menuju sebuah kamar bersama 9 orang teman putriku. Kamarnya sempit tidak cukup untuk jumlah kami sebanyak 10 orang. Namun kami tetap bersyukur bisa tinggal disini. Ya kalau buat tidur kami tidak terlalu ambil pusing, karna kami bisa tidur diruang tamu yang cukup besar. Hanya ganti pakaian saja didalam kamar.
Setelah shalat dzuhur dan melepas lelah sesaat, aku dan teman-teman kembali berkumpul disebuah ruangan sekolah. Sepertinya ruangan ini sudah disediakan untuk tempat istirahat sekaligus posko instruktur. Disinilah kami akan bermusyawarah, berdebat, saling bertukar pikiran, dan mempersiapkan segala kegiatan-kegiatan yang akan kami angkat selama tujuh hari ini. Ruangan yang selalu dipenuhi senda gurau, seolah tak ada kesedihan yang datang menghampiri kami. Walau kadang kami merasa letih dan lelah, namun semua itu lenyap oleh kerjasama dan tawa canda yang selalu menemani kami setiap hari. Ruangan ini yang akan menjadi saksi kebersamaan kami  HMJ Program Khusus two thousant and ten.

Senin, 17 agustus 2010

Pagi ini mentari mulai memancarkan sinarnya. Ini adalah pagi pertamaku didesa palembayan. Angin bertiup menyejukkan hati.  Jalanan masih sepi, suara hiruk kendaraan yang lalu lalang dijalanan kota  tidak terdengar lagi. Hanya ada kicauan burung yang menari-nari diatas pohon, seakan sedang bernyanyi menyambut pagi hari yang segar dan indah ini. Udara masih terasa dingin, kulangkahkan kakiku keluar rumah. Rumput-rumput masih basah dan tanah sedikit berair, sisa-sisa air hujan tadi malam. Aku terus berjalan menapaki jalan raya didepan sekolah sambil menikmati udara pagi.
cieeeee bu’ noe pagi-pagi udah jalan-jalan sendiri, ntar nyasar lho...” saroh yang biasa memanggilku dengan sebutan bu’ noe itu berusaha menggodaku. Ngga’ tau kenapa gelar bu’ noe sudah lekat saja pada diriku, mungkin karna aku pernah menjadi gurunya selama satu tahun sewaktu pengabdianku di ponpes adlaniyah . Panggilan ustadzah waktu dipesantren dulu diganti menjadi buk, dan noe diambil dari nama belakangku noerizza, maka jadilah buk noe. Lucu juga ya...hehheeee,,,J
iya ni kakak, semangat amat...ada apa niee..??”  nurul yang sedari tadi duduk diteras rumah juga ikut godain aku.
ya harus semangat donk...kalian lupa ya, sekarang kan tanggal tujuh belas agustus hari kemerdekaan republik indonesia. Jadi kita harus semangat kaya’ pejuang-pejuang kita dulu. Walaupun kita ngga’ ikut upacara kemerdekaan, setidaknya kita bisa mengenang pengorbanan dan semangat juang para pahlawan kita dulu, ya ngga’?” paparku panjang lebar kepada mereka.
”betul betul betul...we must keep spirit for our success..!!! bela Sila yang baru saja datang menghampiri kami.
Tiba-tiba Adek muncul dan langsung ikut nimbrung bersama kami. Adek berasal dari pasaman, tapi tahu seluk beluk palembayan. Lho ko’ bisa...???.  Ternyata  dia pernah sekolah disana selama tiga tahun waktu mts dulu, makanya akrab sama masyarakat sana dan tak sedikit tempat-tempat yang dia ketahui. Ada lagi hal yang lebih aneh dari sosok seorang adek, yaitu soal nama. Semua orang memanggilnya adek, padahal kalau dilihat dari namanya ngga’ ada sedikitpun kata adek, sangat jarang sekali orang yang tahu nama aslinya ”Desi Maziah”. Bahkan anak-anak kecil disana tidak ada yang memanggilnya kak Desi, tapi Ni adek. Ada-ada saja...udah kakak, adek lagi....:-)
kak mandi yuk,mumpung masih pagi lho..” gadis berkacamata yang akrab dipanggil echa itu datang mengajakku mandi.
o iya acara kita kan mulai jam 8,  ya udah kita kesungai sekarang aja...” pipit yang dari tadi diam akhirnya  bersuara mendukung  ajakan echa.
he eh, yuk kita kesungai... ” aku mengiyakan ajakan mereka, dan tak lupa mengajak teman-teman yang lain juga.

*****
 Pukul delapan para siswa dan guru-guru Mts S MTI  berdatangan dan menuju ruangan yang sudah dipersiapkan.  Sebentar lagi acara pembukaan pesantren ramadhan akan dimulai. Para instruktur pun sudah berkumpul disana. Aku ditunjuk sebagai MC untuk acara pembukaan ini. Sementara menunggu kepala sekolah, kami meminta dari perwakilan siswa untuk membawakan satu atau dua buah lagu dengan alat musik yang biasa mereka mainkan.
Kami cukup terhibur oleh penampilan mereka.
Tak lama kemudian sosok kepala sekolah yang kami tunggu-tunggu pun datang. Aku bersyukur acara ini berjalan dengan lancar, meskipun terdapat sedikit kekurangan. Dalam pembukaan tadi kepala sekolah menyampaikan pidatonya dengan semangat, tak kalah oleh semangat para pejuang kita. Beliau adalah pahlawan bagi masyarakat dan para siswa mti khususnya. Dengan kehidupan yang sangat sederhana, beliau masih bisa memikirkan kalangsungan pendidikan anak-anak dikampung itu. Kebanyakan siswa yang menutut ilmu di mti itu dalah anak-anak yang kurang mampu, dan mereka belajar disana gratis tanpa dipungut biaya sedikitpun. Berkat kerja keras dan perjuangan kepala sekolah lah sekolah ini masih bisa bertahan. Mungkin sudah lebih sepuluh tahun. Beliau berusaha mencari bantuan dan uluran tangan para dermawan untuk siswanya agar dapat sekolah dan menjadi orang sukses.  Sungguh mulia jasa bapak Damrizal atau pak idam panggilan akrab kepala sekolah itu.
Aku jadi teringat novel laskar pelangi, kisahnya persis seperti keadaan sekolah yang aku lihat. Walaupun belajar di sekolah yang kecil dan hidup dalam kesederhanaan, namun semangat mereka tak pernah redup dan terus optimis menyongsong cahaya masa depan.
Hari demi hari tlah kami lewati dengan segala suka dan duka dan segudang pengalaman. Wajah lugu dan lucu mereka selalu membuat kami bahagia, meski sekali-sekali kami jengkel dengan kenakalan mereka. Rasa lelah dan letih tak jadi halangan untuk membimbing dan mengayomi mereka.

Dear my sisters and brothers
MTs S MTI Salareh Aia

Kalaulah tangan ini sayap, pasti kakak kan terbang menembus gelap malam, tuk petik bintang-bintang dan membawa rembulan untuk kakak hadiahkan indahnya bagi Sang Maha, yang telah memberikan segala karunianya pada kita semua, karena seribu kata syukur takkan cukup wakilkan semua.
Adek-adek sekalian, apalah hendak dikata, hari ini tiba juga akhirnya, hari yang membuat hati bahagia sekaligus sedih. Kakak bahagia karena telah melewati hari-hari bersama kalian, kakak bahagia bisa berbagi tawa dan senyum bersama kalian, kakak bahagia karena telah membagi sedikit pengalaman kakak, kakak bahagia dapat melihat wajah-wajah kalian, kakak bahagia telah menjadi instruktur kalian, kakak bahagia pernah menjadi bagian dalam hidup adek-adek sekalian. Kalian adalah salah satu fragmen kehidupan kakak yang paling berkesan karena pertemuan kita ini mahal harganya, tak dapat dibeli dengan seribu kenangan manis lainnya.
Anyway, kakak sedih karena sering memarahi kalian, kakak sedih karena tidak bisa meningkatkan mentalitas kalian, kakak sedih karena belum bisa meningkatkan kualitas kalian, kakak sedih karena tak ada lagi yang bisa kakak berikan pada adek-adek kecuali do’a kakak untuk semua wajah yang mengukir senyum didinding hati kakak ini. Harapan-harapan kakak pada kalian tidak akan habis, kakak ingin dan kakak berharap adek-adek semua menjadi pribadi yang lebih baik dan terbaik nanti dan dimasa yang akan datang. Belajarlah dengan sungguh-sungguh karena kalian adalah harapan orang-orang yang mencintai kalian, prestasi kalian adalah bentuk kebahagiaan dan penghargaan bagi mereka.
Terakhir, kata apa yang pantas kakak ucapkan bagi kalian yang telah memberikan kakak sejuta pengalaman dan rasa. Jika ada bulan dan bintang yang bisa dipetik, pasti kakak berikan pada kalian satu-persatu agar tetap bercahaya dihati kalian. Jika kakak punya waktu yang luas pasti kakak kan habiskan semua bersama kalian. Tapi kakak tak punya itu semua. Kakak hanya miliki kata, satu kata yang tak cukup diucap hanya sekali, satu kata yang harus diucap berkali-kali seperti tasbih dan dzikir yaitu “TERIMAKASIH”. Bagi kakak, kalian adalah sesuatu yang mahal sekali.
Waktu yang telah mempertemukan kita dan waktu pulalah yang memisahkan kita. Maka demi masa yang terus berputar, semoga pertemuan dan perpisahan ini menjadi berkah dan bermanfa’at bagi kita semua. Untuk semua senyum dan tawa yang kalian bagi untuk kakak, dengan penuh cinta kakak ingin mengatakan “kakak sayang kalian semua”.

Jumat, 14 September 2012

Senyum, Ibadah Sederhana Yang Terlupakan



Senyum adalah sedekah yang paling mudah, namun dalam pelaksanaannya masih tergolong sulit. Pada hakikatnya senyum adalah salah satu anugerah indah dari Tuhan Yang Maha Indah.  Tuhan sengaja menganugerahkan  senyum sebagai bagian dari keindahan manusia.  Sayang, anugerah indah ini terlupakan oleh kita.  Ntah kenapa hal yang sederhana ini masih berat terasa. Contohnya saja di asrama kita, tempat yang seharusnya menjadi penentram kalbu dan tempat dimana kita bisa berbagi  dengan sesama, justru terlihat buram. Masih banyak diantara kita yang tampak begitu sulit menebar senyum, apalagi bertegur sapa saat berpapasan. Ini salah satu bukti bahwa jiwa kita masih jauh, hati kita belum menyatu. Betapa dulu kita sangat menginginkan asrama ini menjadi tempat berteduh yang penuh kedamaian dan kebersamaan. Sudahkah hal itu kita rasakan...??? Jangankan melakukan hal-hal yang lebih besar, untuk hal yang sederhana saja kita enggan berbuat. Begitu  mahalkah senyum itu, ataukah kita tidak mau berbagi dengan sesama..???
Saudari-saudariku...senyum yang sederhana, mudah dan gratis itu ternyata sangat luar biasa. Ia seperti oase ditengah gurun pasir, seperti embun penyejuk di pagi hari dan seperti mata air yang bisa menghilangkan dahaga. Ia bisa menyatukan hati, dan berperan sebagai pengikat antara satu diri dengan diri yang lain.  Dan asrama kita ini akan jauh lebih indah bila penduduknya gemar tersenyum. Maka budayakanlah senyum dan tegur sapa. Jangan pernah berharap orang akan senang dan baik kepada kita, jika kita belum bisa mengeluarkan energi positif itu dari dalam diri. Mulailah dari diri sendiri dan mulai dari detik ini.
Tersenyumlah kawan...J
(tapi jangan S3 ya alias Senyum Senyum Sendiri..hehehee,,)

Created : Minggu, 06 Mei 2012

Catatan LK I Komishu


Senin, 25 Maret 2012
Tiba-tiba aku tersentak saat mendengar hp cina ku bergetar. Sayup –sayup terdengar suara ketukan pintu dari luar. Sambil mengucek-ngucek mataku yang masih ngantuk, aku melihat jam tangan merah yang terpasang ditanganku. Ternyata  sudah pukul 05.00, dan ini  waktunya untuk menunaikan shalat subuh. Aku langsung berdiri dan menoleh ke jendela. Suasana di  luar masih sepi, suara hiruk kendaraan yang lalu lalang dijalanan masih belum terdengar. Namun di wisma Hmi sudah terlihat insan yang lalu lalang bersiap-siap untuk melaksanakan shalat berjama’ah. Subuh ini udara masih terasa dingin, kulangkahkan kakiku ke kamar mandi untuk mengambil air whudhu’ dan ikut shalat subuh bersama mereka. Selesai shalat, langsung ku ambil alqur’an dari atas meja di ruang panitia dan ku baca satu pojok dari surat Al-an’am.
Mentari mulai memancarkan sinarnya. Ini adalah hari pertama pentrainingan setelah pembukaan acara tadi malam. Kuharap pagi yang cerah ini memberi motivasi untuk diriku agar tetap semangat menjalani berbagai aktivitas dan kegiatan. Semoga semua panitia, pengelola, dan peserta selalu diberi kekuatan oleh Allah swt untuk terus berjalan dan berjuang hingga kita menemukan cahaya yang akan membawa kita pada  kesuksesan dunia dan akhirat (ucapku dalam do’a). Dengan semangat dan senyum penuh ceria, aku mulai melaksanakan kewajibanku membersihkan wisma HMI, karena hari ini adalah jadwal piketku bersama temanku Rita, Aziz dan Eri. Semua panitia tampak sibuk dengan tanggungjawabnya masing-masing. Ada yang belanja ke pasar, ada yang menyapu, mencuci piring, dan ada juga yang memasak air untuk membuat teh yang akan dihidangkan buat pengelola dan peserta.
Pukul 07.50 teman-temanku kembali dari pasar dengan membawa barang belanjaan yang lumayan banyak. bahan sambal yang bermacam ragam ini akan kami olah menjadi masakan nan lezat dan nikmat. So, Now is time for cooking. Aku dan teman-teman mulai mengiris-iris bawang dan sayuran, lalu menggoreng kentang, teri dan cabe. Dengan sebuah cam-dig milik salah seorang temanku, tak lupa  kami mengabadikan beragam ekspresi di sela-sela kegiatan memasak ini. Suatu keceriaan dan kebahagiaan yang ku rasakan saat itu, karena aku dan teman-teman melakukannya dengan penuh ikhlas dan sukarela. Walau kadang terasa lelah dan letih, namun semua itu lenyap oleh kerjasama dan tawa canda yang selalu menemani kami.
Pagi menjelang siang, udara memang sangat panas, sehingga tak ayal badan terasa gerah dibuatnya. Menu untuk makan siang pun sudah selesai dimasak, tinggal menyajikan saja ke piring peserta. Sembari menunggu waktu shalat dzuhur, aku istirahat sejenak dan terus mandi agar badanku terasa segar dan fresh. Setelah shalat zuhur, aku  dan teman-teman panitia menghidangkan nasi di ruang pengelola dan kamipun makan bersama dengan sambal teri, kentang dan sayur wortel. Sungguh nikmat dan lahap makan siang kali ini, ntah karena perut kami yang sedang dilanda lapar atau memang sambalnya yang enak. Buat makan ntar malam, jangan sampai kalah enaknya ya panitia..hehehee.
Tak lama kemudian, aku dan teman-teman kohati berkumpul di ruang badko sambil bercerita dan bercanda. Tanpa disadari, mata kami terasa sangat berat dan kami tertidur pulas sampai azan ashar berkumandang. Aku terbangun dan langsung shalat ashar, lalu menyelesaikan laporan keuangan LK1 untuk dilaporkan nanti pas rapat panitia pengelola.
Sebelum rapat panitia pengelola dimulai, aku sedikit berbincang-bincang dengan 2 orang temanku yang juga teman komisariat sekaligus teman selokalku. tapi mereka lebih dahulu menamatkan kuliahnya dibanding aku. Beberapa hari lagi mereka akan wisuda dengan membawa kebanggaan karena bisa tamat 3,5 tahun. Sebenarnya aku iri melihat mereka, namun aku juga memiliki jalan sendiri demi mencapai tujuan dan cita-citaku. aku akan berusaha dengan giat dan sungguh-sungguh agar menjadi orang yang sukses. Sukses studi dan sukses Organisasi.  Karena ku yakin siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil ”man jadda wa jada”. I think,  this training is opportunity for me to improve myself. Toh kegiatan ini sangat banyak manfaatnya bagiku. Aku bisa belajar banyak dalam organisasi HMI ini, mendapatkan hal-hal baru yang selama ini belum pernah aku dapatkan. Hanya ucapan terimakasih yang dapat ku ucapkan atas apa yang telah ku peroleh saat ini. Aku beranji akan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk HMI dalam mengemban misi keumatan dan kebangsaan.
YAKUSA...!!!

Hari ke dua.. (Selasa, 26 Maret 2012)
Suara ketum komisariatku membuat aku terbangun dari tidur nyenyak ku. ntah kenapa subuh ini aku malas sekali bangun cepat,  aku masih ingin meneruskan tidurku beberapa menit lagi. Padahal Ketum sudah berulang kali memanggil nama kohati dan mengetuk pintu dari luar. ”kak, bangun... kak...” Kali ini sepertinya ketum sudah mulai kesal,  namun aku hanya merespon dengan sahutan lembut tak bersemangat. Beberapa menit kemudian, aku dan kawan-kawan tiba-tiba tertawa mendengar suara lucu dari luar kamar. ”tuuk...tuukk..tuk tuuk.” Aku yakin itu pasti ulah sekum kami, ia berusaha membuat lelucon dengan menirukan suara ketukan pintu dengan suara mulutnya. Aku yang sebelumnya malas bangun, sontak  tertawa dan langsung mengambil jilbab bergo abu-abu yang ada disampingku. Kulangkahkan kaki ku menuju kamar mandi, ternyata pintu kamar mandi tertutup pertanda ada orang di dalammya. Karena malas ngantri lama, aku berwudhu’ saja dari air kran tempat biasa kami mencuci piring. Di atas sajadah panjang ku bersimpuh di hadapan Ilahi yang tak pernah bosan mendengar curhatku setiap saat, yang mengajarkan kesadaran mengenai waktu dan ketabahan untuk ikhlas menyerahkan diri kepada proses kehidupan. Di penggal waktu yang indah ini aku ingin sekali dekat dengan Rab ku. Ku ambil mushaf tercinta, ku cium penuh takzhim, lalu ku lantunkan kalam-Nya dengan nyanyian murattal M Al-khuhsairy yang pernah diajarkan oleh dosenku. Burung-burung ikut bernyanyi merdu, menari-nari di atas kabel listrik saat mendengar ayat-ayat suci yang aku bacakan. Mentari tersenyum indah membawa semangat baru untukku di hari ini. Aku berharap hari ini dan hari selanjutnya lebih baik dan berarti bagi diriku dan semua orang yang ada di sekitarku.

SHE IS MY HERO



I have a hero in my life
Who gave birth to me
Throught the pain and agony
She thought me so many things
And every things she has given to educate me
          I learn from her how to be
          The best person I can be
          She was there to care for me
          She also always show me the right from a wrong
          And gave me strength to go on
          I bless to call her “mother”
Mother is the queen of my heart
She  will always be the girl in my story life for all times
I will never forget her
I will never go without her prayer
Without her how can live to be
She is a hero in my life

Rabu, 22 Desember 2010
“Teruntuk ibuku tercinta
 yang selalu mengisi relung hatiku”

Bukan Hanya Pintar, Tapi Juga Cerdas


Oleh : Hidayati




Mahasiswa pada era reformasi sekarang ini dihadapkan dengan berbagai tantangan dan permasalahan global. Fungsi yang diemban oleh mahasiswa tidaklah ringan. Itu artinya, mahasiswa seharusnya memiliki pergaulan dan wawasan yang luas dalam menyikapi segala persoalan. Baik permasalahan bangsa atau persoalan-persoalan di daerah sekitar kampus. Mahasiswa diharapkan mampu menemukan dan menganalisa setiap fenomena yang tengah berkembang dan mampu memberikan solusi yang tepat dan bermanfaat.
Namun kenyataan saat ini kebanyakan mahasiswa cendrung apatis terhadap permasalahan yang terjadi. Mahasiswa sibuk dengan dirinya sendiri, sibuk dengan tugas-tugas kuliah, sibuk dengan belajar secara teoritis . Mahasiswa berlomba-lomba untuk menghafal tanpa memahami ilmu yang dipelajarinya, yang penting dapat menjawab ujian, dapat nilai akademik yang bagus, IPK tinggi, cepat tamat dan cepat dapat pekerjaan. Tidak lagi ada ruang waktu untuk mengekspresikan kemampuan, minat, bakat dan tidak ada ruang untuk mengembangkan potensinya serta mengimplementasikan ilmunya.
Tak sedikit kita temukan mahasiswa yang memiliki IPK tinggi, namun ketika dihadapkan dengan suatu persoalan mereka kesulitan untuk menyelesaikannya. Begitu juga mahasiswa yang hanya terpaku dengan teori dan hapalan, kadang kewalahan untuk mentransformasikan ilmunya kepada orang lain. Padahal mahasiswa sangat diharapkan ilmunya untuk meningkatkan derajat kemuliaan masyarakat sekitarnya, dan juga berperan aktif dalam dinamika masyarakat. Apa jadinya ketika mahasiswa hanya fokus dengan akademik??? sehingga tidak ada ruang waktu untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai pembelajar kehidupan yang sejati??
Secara akademik mahasiswa yang hanya fokus kuliah dan berhasil meraih indeks prestasi yang tinggi dapat dikatakan mahasiswa pintar. Akan tetapi mereka belum tentu cerdas. Cerdas itu berarti memiliki ilmu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan. Cerdas bukan berarti hafal seluruh mata pelajaran, tapi kemudian terbengong-bengong saat harus menciptakan solusi bagi kehidupan nyata. Cerdas bermakna kreatif dan inovatif. Cerdas berarti siap mengimplementasikan ilmunya.

Hari ini masyarakat tidak hanya butuh mahasiswa pintar, tapi juga cerdas. Maka kita mesti mempersiapkan diri untuk menjadi generasi pintar sekaligus cerdas. Selain fokus di bidang akademik mahasiswa juga harus memiliki kemampuan-kemampuan lain  seperti : kemampuan berkomunikasi, kemampuan bersosialisasi, memiliki jaringan yang luas, mempunyai mentalitas tinggi. Itu semua tidak didapatkan di ruang kuliah saja, tetapi harus aktif diluar dan mengikuti ekstrakurikuler sesuai minat dan bakatnya sehingga di masyarakat bisa mengimplementasikan ilmunya.
Jika kita mau membuka mata dan memperhatikan lingkungan sekitar, sangat banyak ruang dan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dan kecerdasan tersebut. Di dalam kampus ataupun luar kampus banyak wadah yang bisa dimanfaatkan untuk melatih diri kita. Bisa dengan bergabung di UKM Kampus, aktif di organisasi internal baik dalam tataran HMJ, Senat dan Dewan Mahasiswa, atau organisasi eksternal kampus. Selain itu kita juga bisa bertukar pikiran melalui seminar, talk show, forum kerohanian, atau forum diskusi yang ada di lingkungan kampus. Bahkan  kita bisa melakukan diskusi non formal dengan teman-teman di tempat kost atau teman lokal. Melalui kegiatan-kegiatan itulah kita bisa memukan potensi yang ada dalam diri kita. Jangan pernah puas dengan apa yang kita dapatkan sekarang. Selalu menjadi orang yang haus akan ilmu pengetahuan dan berusaha mentransformasikannya kepada orang-orang disekitar kita. Dan ingat, “ khairunnaasi ahsanuhum khuluqan wa anfa’uhum linnaasi” Sebaik- baik manusia adalah manusia yang baik akhlaknya dan yang bermanfaat bagi manusia yang lain. ^_^

( Padang, 31 Mei 2012)

puisi


pustaka
24 Januari 2011

sekelompok meja kayu berkawan kursi
tersusun rapi ditengah ruang  nan tenang
hiruk pikuk nun jauh disana
terasa hati teduh dan tentram

barisan rak  panjang tak berkaca
penuh buku bermacam ragam
rapi terawat setiap waktu
sungguh indah mata memandang

banyak insan datang berkunjung
menelusuri buku sepanjang rak kayu
lalu duduk menikmati laziznya ilmu
alunan murattal albaqarah terdengar sayup
buku dibaca terkuaklah ilmu

Muhima 2012


Menuju Ushuluddin Jaya
29 Mei 2012

Mentari di waktu dhuha  tampaknya mulai bosan memancarkan sinarnya. kapas-kapas putih yang berarak di langit semakin gelap, menjatuhkan rintik-rintik air tuk basahi  bumiku yang kering. Burung-burung berteduh disela-sela dedaunan rindang, berkicau sambil mengipas-ngipaskan sayapnya. Sepertinya cuaca hari ini tahu kalau hatiku sedang risau, bosan menunggu acara yang tak kunjung mulai. Padahal sudah dua jam aku duduk disini, namun acara MUHIMA yang dijadwalkan pukul 08.00 tersebut belum juga tampak tanda-tanda akan dibuka. MUHIMA merupakan suatu musyawarah tertinggi di fakultas untuk memilih Ketua SMF yang baru. Dengan perwakilan 4 orang perjurusan untuk peserta penuh dan dua orang untuk peserta peninjau. tampaknya panitia MUHIMA kali ini belum ada kesiapan baik dari segi administrasi ataupun acara. Namun aku tetap memahami dan mengapresiasi mereka karena pergantian pengurus SMF Ushuluddin yang telah sekian lama diundur-undur akhirnya bisa juga dilaksanakan meskipun dengan persiapan seadanya.
 Demi mewujudkan harapan agar bisa membawa Ushuluddin menjemput cahaya gemilang, aku rela meninggalkan tugas dan tanggungjawabku sebagai panitia LK 1 HMI Komisariat Ushuluddin yang telah berlangsung selama 7 hari. dan malam ini adalah puncak acara tersebut. Sebenarnya aku lebih memilih ikut membantu teman-teman komisariatku, tapi teman-teman tetap memaksaku mewakili mereka di MUHIMA dengan menitipkan secuil harapan demi kesuksesan fakultasku kedepan.
Namun aku benar-benar kecewa. Konsisten waktu tak lagi mereka hiraukan.  Ingin rasanya kupergi dan meninggalkan acara ini. Tapi ku sadar bahwa aku datang membawa pesan damai dan menyampaikan yang haq. Kucoba memungut kembali keping-keping sabar yang masih tersisa di relung-relung batinku. berusaha kuatasi dengan tetap berada pada lingkungan yang memberikan energi positiv.
Alhamdulillah acarapun berjalan lancar meski terdapat perdebetan hangat dan sedikit mengundang emosi disela-sela musyawarah. Selamat kepada saudara Asmil Shalat yang telah terpilihs menjadi ketua SMF Ushuluddin periode 2012-2013. Semoga bisa membawa Ushuluddin kearah yang lebih baik dan jaya. Do’a dan dukungan selalu kami berikan untuk kemashlahatan fakultas kedepannya.

Bumi Arung Palaka Kau Ku Kenang


KU RAJUT KENANGAN DALAM PIONIR

Jum’at, 26 november 2010.
Hari ini aku mulai mengukir sebuah kisah dalam hidupku. Aku akan mengarungi pengalaman baru selama 5 hari di sebuah kota yang berada di provinsi sulawesi selatan.  Aku sendiri belum pernah menginjakkan kakiku disana, namun yang terbayang olehku kota Bone  yang dijadikan tuan rumah PIONIR ke-5 tahun ini sangat indah dan menyenangkan. Bumi arung palakka ini adalah salah satu kota yang peradaban islamnya masih kuat dan dikenal juga dengan kota beradat. Dengan lion-air transit jakarta akhirnya pukul 12 waktu indonesia tengah (WITA)  aku bersama rombongan dari IAIN IB Padang sampai di bandara Sultan Hasanuddin Makassar . Disana sudah banyak ku temui kontingen-kontingen lain dari berbagai daerah, ada juga temanku yang sama sekolah waktu kami di jawa timur dulu. Aku sangat senang bisa bertemu mereka setelah beberapa tahun berpisah.
Matahari sedikit mulai bergeser dari posisi tegak diatas kepala, udara memang terasa panas, bahkan menurutku lebih panas dari kota padang, sehingga tak ayal badan terasa gerah dibuatnya. Tak sedikit keringatku mengalir membasahi kaos pink yang kukenakan.  Sementara menunggu bis jemputan dari panitia, kami duduk di teras lobby bandara sambil menikmati suasana dan berfoto disetiap tempat yang kami anggap bagus dan unik. Pemandangan yang kulihat didepan bandara SH itu sangat indah, dengan kolam dihiasi air mancur  menjadikan tempat itu megah dan unik. Tentu sangat rugi jika aku tidak mengabadikan keindahan itu dicemdigku.
Setelah menunggu lama akhirnnya giliran kontingen ku dijemput dan dibawa ke wisma nusantara untuk istirahat sampai datang bis jemputan selanjutnya. Pukul dua siang setelah melepas lelah sesaat sebuah bis berhenti didepan wisma. Bus itu kelihatannya sudah tua dan kurang terawat sehingga tampak kotor dan berdebu.   Ternyata kendaraan itu yang akan membawa kami sampai ke Bone. Dengan ransel hitam dipundakku aku bergegas menuju bus tersebut dan sesaat setelah melompat kedalam bus aku bernafas lega. Aku merebahkan tubuhku yang penat dan berharap bisa menikmati perjalananku. Semua kursi sudah penuh terisi dan sesak oleh barang-barang kami yang lumayan banyak. Tak apalah, asalkan hati lapang dan kami bisa sampai ke tujuan dengan selamat.
            Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh dan menyita banyak waktu, tiba-tiba bus yang kami tumpangi berbalik arah . Sopir  yang dipercaya panitia  sekaligus menjadi penunjuk jalan bagi kami mengatakan bahwa jalan yang dilewati tadi adalah jalan yang salah. Kami sebagai pengikut yang tidak tahu apa-apa hanya bisa nurut asalkan sampai ke Bone melewati jalan yang benar. Tak lama kemudian sopir yang kira-kira berumur 40 tahunan itu kembali memutar  bus kearah jalan yang pertama kami lewati, lagi-lagi dia mengatakan salah jalan. Aku dan rombongan sontak heran dan bingung kenapa bisa bolak balik seperti ini, padahal sopir itu penduduk asli sana otomatis tahu jalan mana yang akan dilalui. Namun kami tetap sabar berharap jalan yang akan ditempuh kali ini adalah jalan yang benar .
Beberapa jam telah berlalu dan sangat jauh perjalanan yang sudah ditempuh namun masih belum ada tanda-tanda yang meyakinkan.
 kecurigaan kami mulai muncul, jangan-jangan kami salah jalan lagi. Apalagi wajah sopir ketika itu tampak sedikit panik. Padahal menurut informasi yang didapat sebelumnya sekitar 4 atau 5 jam kami sudah sampai di kota Bone, dan di perjalanan menuju kesana kami bisa melihat pemandangan indah yang dihiasi bukit-bukit, hutan -hutan serta jalanan yang berliku-liku. Tapi informasi yang kami dengar belum sedikitpun celahnya terlihat. Jalan menuju kota bone yang sangat kami impi-impikan saat itu tak kunjung tampak.
 Ditengah perjalanan, pak Salmadanis yang mengetuai rombongan kami meminta sopir berhenti sebentar disebuah warung kecil dipinggir jalan, meskipun sebelumnya sudah banyak warung-warung  yang sudah  terlewati. Diwarung kecil itu bergelantungan jeruk-jeruk berukuran besar seperti jeruk bali,  mereka menyebutnya jeruk manis atau jeruk madu. Sambil mencicipi dan membeli beberapa buah jeruk , PR 3 mendesak sopir untuk bertanya kepada sipenjual jeruk mana jalan yang benar menuju bone, kota yang menjadi sangat jauh dalam pikiranku.  Ternyata jalan yang kami tempuh saat ini bukanlah jalan yang tepat. Jalannya tidak salah, cuma butuh waktu yang lama karna akan menempuh perjalanan yang sangat jauh, dan bisa sampai di Bone besok sore. Si penjual jeruk menyarankan agar kami berbalik arah dan memberitahukan jalan yang benar. Perasaanku langsung berubah setelah mendengar informasi dari bapak penjual jeruk itu. Kesal, bosan, letih, gerah, dan haus bercampur jadi satu. Tambah lagi lapar  yang amat sangat, karena perut kami tadi hanya terisi sedikit. Sebelum berangkat dari padang kami tidak sempat makan nasi karena subuh-subuh sekali disaat orang-orang masih terlelap dan jalanan masih gelap kami sudah harus berangkat menuju BIM dan take off pukul 06.00. Dan baru bisa makan setelah sampai Di bandara Sultan Hasanuddin. Untung ada Pak In salah seorang staf akademik yang juga menjadi official kami membawa bekal nasi dan lauk dari rumah.Walaupun hanya sepuluh bungkus, setidaknya bisa mengisi perut kami yang berjumlah dua puluh satu orang ini. Kami makan bersama diteras depan bandara, tak peduli duduk bersila diatas lantai yang berdebu ataupun dilihat banyak orang.
Dengan wajah tanpa dosa dan tak bersalah, sopir  itu berbalik arah mengikuti jalan yang ditunjukkan oleh penjual jeruk. Kali ini aku benar-benar berharap dan berdo’a mudah-mudahan jalan yang akan ditempuh ini adalah jalan yang benar dan tidak salah lagi.  Ntah berapa kali bolak balik di jalan yang sama, sampai-sampai aku hafal nama jalan disana, bahkan Masjid Besar yang berada dipersimpangan jalan sangat teringat olehku tempat dan bentuknya karna tanpa disadari sudah 4 kali kami melewatinya.
Tak terasa matahari mulai enggan menemani perjalananku. ia terlihat malu-malu hendak membenamkan diri diufuk barat. perlahan menghilang dan bersembunyi dibalik gelap malam bersama bintang-bintang yang  berusaha menghibur keresahan hatiku.Tidak hanya aku, semua teman-teman dan pembimbing juga merasakan hal yang sama. Wajar saja kami merasa letih dan bosan, karna sudah berjam-jam duduk diatas bus tua tak terawat itu. dan tak ada hiburan sedikitpun didalamnya. Jangankan TV atau video, musik dari tape recorder saja tidak ada. Namun kebersamaan kami mengalahkan perasaan kesal yang menyelimuti hati saat itu. Di perempatan jalan, kami melihat papan penunjuk jalan bertuliskan ”Bone”. Wajah yang sudah hampir putus asa tiba-tiba langsung berubah ceria dan serasa ada pancaran hebat dihati kami.  harapan dan impian kami untuk sampai di STAIN Watampone akan terwujud meskipun akan menempuh 4 atau 5 jam-an lagi.  
Sebelum melanjutkan perjalanan kami berhenti melepas lelah sambil menikmati udara malam dipersimpangan jalan arah kota bone. Sebungkus nasi ditemani ikan bakar berlumur cabe merah dan dilengkapi sedikit sayur kol membuatku bersemangat untuk menyantap hidangan makan malam, meskipun hanya duduk diemperan warung penduduk. Apalagi saat itu perutku sedang dilanda lapar yang amat sangat.
Kira-kira pukul delapan malam kami kembali melanjutkan perjalanan  menuju kota bone. aku tidak bisa menikmati indahnya suasana diluar karena pemandangan disepanjang jalan diselimuti malam nan kelam, hanya ada lampu-lampu kendaraan yang berbaris rapi didepan dan belakang bus kami. Kebanyakan teman-temanku sudah tertidur pulas, akupun sudah mulai merasa ngantuk. Tak lama aku tertidur lelap, dibuai nyenyak sejuknya angin yang bertiup dari jendela. meski sekali-sekali aku terbangun saat busku berhenti. Tiba-tiba aku tersentak saat bus memasuki gerbang bertuliskan ”STAIN Watampone”. Aku melihat arloji putih ditangan kiriku, ternyata sudah pukul setengah dua malam. Alhamdulillah akhirnya kami sampai juga ditujuan dengan selamat. Bermacam keluhan kami adukan kepada panitia saat mereka mendekati rombongan kami yang tampak sangat letih karna menempuh perjalanan yang seharusnya hanya 4 jam menjadi lebih 10 jam. Panitia merasa sangat bersalah dan meminta ma’af atas kelalaian sopir yang mereka percayakan untuk menjemput kami.
Tak lama kemudian panitia mengantar kami ketempat penginapan tak jauh dari kampus STAIN. Memasuki jalan Bataritoja kami berhenti didepan sebuah rumah bercat putih. kami semua sibuk membereskan barang masing-masing berharap tidak ada yang ketinggalan di bis. Dengan sebuah tas dipundakku cepat-cepat aku turun. sejenak aku memperhatikan bangunan yang ada didepanku. Sepertinya rumah ini sudah tidak ditempati lagi oleh pemiliknya, tapi tetap bersih dan terawat.  Inilah rumah tempat kami berteduh melepas lelah selama berada di Bone. aku menarik koperku menuju salah satu kamar diantara 6 kamar yang ada. Akupun segera istirahat berharap besok pagi dapat bangun kembali dengan semangat. Inilah kesan pertamaku awal menginjakkan kaki di bumi arung palakka, suka dan duka sentiasa menemani perjalanan kami. Walau kami merasa letih dan lelah, namun semua itu lenyap oleh kebersamaan dan tawa canda yang selalu menghiasi hati kami.

Sabtu, 27 november 2010
Pagi ini mentari mulai memancarkan sinarnya. Ini adalah pagi pertamaku di kota bone. Angin bertiup menyejukkan hati.  Jalanan masih sepi, suara hiruk kendaraan yang lalu lalang dijalanan masih belum terdengar. Hanya ada kicauan burung yang menari-nari diatas pohon, seakan sedang bernyanyi menyambut pagi hari yang segar dan indah ini. Udara masih terasa dingin, kulangkahkan kakiku keluar dan duduk ditepi kolam didepan rumah sambil menikmati udara pagi. Kuharap pagi yang cerah ini memberi motivasi untuk diriku agar tetap semangat menjalani berbagai kegiatan dan kompetisi pada acara pionir ini.
Kira-kira pukul sembilan kontingenku mulai menuju lapangan dan ikut meramaikan acara pembukaan pionir. terik mentari perlahan-lahan mulai menyapa gelora hijau yang sudah ditata rapi oleh panitia dengan berbagai dekorasi. kami berbaris diantara seribu lebih kontingen yang datang dari berbagai daerah diseluruh nusantara. Diam-diam seorang jurnalis melirik barisan kami dari kejauhan dan dengan sedikit tergesa dia mendekat, sekedar untuk menyampaikan bahwa dia pernah ke padang dan sangat kagum pada orang minang. karena ketika datang ketanah minang dia mendapatkan sikap yang sangat baik dan ramah dari masyarakat. Ya, itulah yang membuat dia kagum dan sangat menghargai orang padang.
Satu keceriaan juga ku rasakan pada saat pawai ta’aruf. Berbaris dibelakang kami kontingen jayapura yang tampak semangat melantunkan yel-yelan mereka, meski sudah berjalan jauh dibawah terik matahari. Wajah lugu dan sikap narsis mereka tidak bisa kulupakan, apalagi yel-yelan yang sering mereka nyanyikan menunjukkan ciri khas mereka sebagai seorang anak papua. Kira-kira liriknya seperti ini ”hitam kulit, keriting rambut, aku papua.” sampai-sampai aku dan teman-teman pun ikut nyanyi bersama mereka.
Aku baru tahu kalau malam ini kelompokku tampil debat bahasa arab lawan stain ponorogo. rasa cemas dan takutpun datang menyelimuti hatiku karna tampil dihari pertama, apalagi persiapanku belum seberapa. aku deg-degan seolah-olah akan berhadapan dengan bagian keamanan waktu di pondok dulu.hehehehe.
 Ketika  perdebatan berlansung, tak banyak yang bisa kukemukakan. Lidahku serasa berat sekali sehingga sedikit kalimat yang terucap. Untung temanku Rezy tak merasakan hal yang sama denganku, sehingga dia bisa lebih leluasa berpikir dan berbicara. Walhasil, kelompok kami masuk 20 besar dan akan berhadapan dengan IAIN Banjarmasin pada malam berikutnya. Kali ini aku benar-benar ciut karna lawan yang akan kuhadapi sangat pintar. Sebelumnya aku sempat melihat penampilan mereka melawan Stain batusangkar, sungguh bagus dan lancar sekali bahasa arab mereka. Aku tidak bisa lagi konsentrasi mempersiapkan bahan untuk debat,  sepertinya aku kalah sebelum bertanding. Ya, itulah yang aku rasakan. Namun pada saat tampil, aku sedikit percaya diri dibanding malam sebelumnya, tapi tetap saja tak banyak bicara. Selain bahan bacaanku sedikit, waktu yang diberikan juri untuk kelompokku juga tidak banyak. Sehingga nasib kami kurang beruntung dan belum bisa meraih kemenangan. Namun banyak hal yang ku dapat dari pertandingan ini. Selain pengalaman, banyak pelajaran yang bisa kujadikan alat ukur untuk diriku khususnya, otomatis menjadi cambuk motivasi untuk terus maju dan miningkatkan diri.
Dalam pertandingan pasti ada kalah dan menang, dan hari ini adalah kemenanganku yang masih tertunda, tapi aku yakin dilain waktu dan dilain tempat aku pasti bisa sukses, amin.
Beberapa orang temanku masih ada yang bertanding dihari ke-3 dan ke-4, yaitu tim takraw dan tilawah putra,  mereka mewakili kampusku masuk kebabak final. Aku dan teman-teman tak pernah absen menjadi suporter, setidaknya kehadiran kami bisa menambah semangat dan percaya diri mereka. Hujan dan panas tak sedikitpun kami hiraukan, yang penting kami hadir ditengah mereka untuk memberikan teriakan dan sorakan yang membawa semangat untuk mereka.
Akhirnya tibalah acara puncak , acara yang sangat dinanti-nantikan oleh para peserta pionir. disebuah gedung olahraga penuh sesak oleh para peserta dan panitia acara. Malam ini juga akan diumumkan pemenang2 tiap pertandingan. Kampusku dapat 1 emas dan 1 perak, kami bersyukur karna ada buah tangan yang bisa kami persembahkan untuk IAIN tercinta. Dan yang mendapatkan juara umum pada pionir kali ini adalah STAIN Palopo.

1 november 2010
Pagi ini matahari tak secerah biasanya, begitu juga hatiku. Aku sedih karna harus meninggalkan kota bone, walaupun sudah beberapa hari aku tinggal disini. tapi ya harus gimana lagi, tiket sudah dipesan dan aku harus balik lagi kepadang kuliah seperti biasanya. Namun kota bone kan selalu terkenang olehku. masyarakatnya, bangunan-banguanya, suasananya dan segala yang pernah kulihat tak kan pernah kulupakan. Selamat tinggal bumi arung palakka, kuberharap bisa kesini lagi dilain waktu.
 Selama diperjalanan menuju makassar mataku selalu liar menangkap pemandangan-pemandangan nan indah dan asri. Kali ini perjalananku sangat menyenangkan dan nyaman. Dengan bis kampus dari makassar kami langsung menuju gowa yaitu kawasan kampus 2 UIN Alauddin Makassar. Aku sungguh takjub ketika  melihat pemandangan saat memasuki gerbang kampus UIN alauddin. Kampusnya sangat luas, bangunannya unik, besar dan bertingkat-tingkat, jauh beda bila dibandingkan dengan kampusku. Ketika aku dibawa kepenginapan, mereka menyambut kedatangan kami dengan ramah dan senang. Itu yang membuatku kagum terhadap mereka. Sesore-sore haripun mereka mengajak kami jalan-jalan keliling kota makassar, menikmati suasana malam dipinggir pantai kota. Baru kali ini kumelihat ada kota diatas laut. kata orang laut itu didam dan dijadikan kota, jadilah kota diatas laut. Ada juga masjid terapung yag masih dalam masa pembangunan. Benar-benar kota yang indah dan megah.
Aku juga sempat mencoba pisang epe khas makassar, menurutku makanan itu seperti pisang bakar kalau dipadang. Kemudian kami dibawa ke karebossi, lapangan bola yang dibawahnya ada supermarket. Setelah puas berbelanja membeli oleh-oleh untuk ku bawa kepadang, akhirnya kami kembali kepenginapan di wisma uin alauddin.

2 november 2011
Hari ini akau dan rombongan harus balik lagi kepadang.  Padahal aku ingin sekali berlama-lama dikota makassar, biar aku bisa jalan-jalan dan keliling kota sepuasnya,hehehe. But, it’s time for going back to my city. good by sulawesi. I hope I can visit you another time.