KU RAJUT KENANGAN DALAM PIONIR
Jum’at, 26 november 2010.
Hari ini aku mulai mengukir sebuah
kisah dalam hidupku. Aku akan mengarungi pengalaman baru selama 5 hari di
sebuah kota yang berada di provinsi sulawesi selatan. Aku sendiri belum pernah menginjakkan kakiku
disana, namun yang terbayang olehku kota Bone yang dijadikan tuan rumah PIONIR ke-5 tahun
ini sangat indah dan menyenangkan. Bumi arung palakka ini adalah salah satu
kota yang peradaban islamnya masih kuat dan dikenal juga dengan kota beradat. Dengan lion-air
transit jakarta akhirnya pukul 12 waktu indonesia tengah (WITA) aku bersama rombongan dari IAIN IB Padang
sampai di bandara Sultan Hasanuddin Makassar . Disana sudah banyak ku temui
kontingen-kontingen lain dari berbagai daerah, ada juga temanku yang sama
sekolah waktu kami di jawa timur dulu. Aku sangat senang bisa bertemu mereka
setelah beberapa tahun berpisah.
Matahari sedikit mulai bergeser
dari posisi tegak diatas kepala, udara memang terasa panas, bahkan menurutku lebih
panas dari kota padang, sehingga tak ayal badan terasa gerah dibuatnya. Tak
sedikit keringatku mengalir membasahi kaos pink yang kukenakan. Sementara menunggu bis jemputan dari panitia,
kami duduk di teras lobby bandara sambil menikmati suasana dan berfoto disetiap
tempat yang kami anggap bagus dan unik. Pemandangan yang kulihat didepan
bandara SH itu sangat indah, dengan kolam dihiasi air mancur menjadikan tempat itu megah dan unik. Tentu
sangat rugi jika aku tidak mengabadikan keindahan itu dicemdigku.
Setelah menunggu lama akhirnnya giliran
kontingen ku dijemput dan dibawa ke wisma nusantara untuk istirahat sampai
datang bis jemputan selanjutnya. Pukul dua siang setelah melepas lelah sesaat sebuah
bis berhenti didepan wisma. Bus itu kelihatannya sudah tua dan kurang terawat
sehingga tampak kotor dan berdebu. Ternyata kendaraan itu yang akan membawa kami
sampai ke Bone. Dengan ransel hitam dipundakku aku bergegas menuju bus tersebut
dan sesaat setelah melompat kedalam bus aku bernafas lega. Aku
merebahkan tubuhku yang penat dan berharap bisa menikmati perjalananku. Semua
kursi sudah penuh terisi dan sesak oleh barang-barang kami yang lumayan banyak.
Tak apalah, asalkan hati lapang dan kami bisa sampai ke tujuan dengan selamat.
Beberapa jam telah berlalu dan sangat jauh perjalanan yang sudah ditempuh
namun masih belum ada tanda-tanda yang meyakinkan.
kecurigaan kami mulai muncul, jangan-jangan
kami salah jalan lagi. Apalagi wajah sopir ketika itu tampak sedikit panik. Padahal
menurut informasi yang didapat sebelumnya sekitar 4 atau 5 jam kami sudah
sampai di kota Bone, dan di perjalanan menuju kesana kami bisa melihat
pemandangan indah yang dihiasi bukit-bukit, hutan -hutan serta jalanan yang
berliku-liku. Tapi informasi yang kami dengar belum sedikitpun celahnya terlihat.
Jalan menuju kota bone yang sangat kami impi-impikan saat itu tak kunjung tampak.
Ditengah perjalanan, pak Salmadanis
yang mengetuai rombongan kami meminta sopir berhenti sebentar disebuah warung
kecil dipinggir jalan, meskipun sebelumnya sudah banyak warung-warung yang sudah terlewati. Diwarung kecil itu bergelantungan
jeruk-jeruk berukuran besar seperti jeruk bali, mereka menyebutnya jeruk manis atau jeruk
madu. Sambil mencicipi dan membeli beberapa buah jeruk , PR 3 mendesak sopir
untuk bertanya kepada sipenjual jeruk mana jalan yang benar menuju bone, kota
yang menjadi sangat jauh dalam pikiranku. Ternyata jalan yang kami tempuh saat ini
bukanlah jalan yang tepat. Jalannya tidak salah, cuma butuh waktu yang lama karna
akan menempuh perjalanan yang sangat jauh, dan bisa sampai di Bone besok sore. Si
penjual jeruk menyarankan agar kami berbalik arah dan memberitahukan jalan yang
benar. Perasaanku langsung berubah setelah mendengar informasi dari bapak penjual
jeruk itu. Kesal, bosan, letih, gerah, dan haus bercampur jadi satu. Tambah
lagi lapar yang amat sangat, karena
perut kami tadi hanya terisi sedikit. Sebelum berangkat dari padang kami tidak
sempat makan nasi karena subuh-subuh sekali disaat orang-orang masih terlelap
dan jalanan masih gelap kami sudah harus berangkat menuju BIM dan take off
pukul 06.00. Dan baru bisa makan setelah sampai Di bandara Sultan Hasanuddin. Untung
ada Pak In salah seorang staf akademik yang juga menjadi official kami membawa
bekal nasi dan lauk dari rumah.Walaupun hanya sepuluh bungkus, setidaknya bisa
mengisi perut kami yang berjumlah dua puluh satu orang ini. Kami makan bersama
diteras depan bandara, tak peduli duduk bersila diatas lantai yang berdebu
ataupun dilihat banyak orang.
Dengan wajah tanpa dosa dan tak bersalah, sopir itu berbalik arah mengikuti jalan yang
ditunjukkan oleh penjual jeruk. Kali ini aku benar-benar berharap dan berdo’a
mudah-mudahan jalan yang akan ditempuh ini adalah jalan yang benar dan tidak
salah lagi. Ntah berapa kali bolak balik
di jalan yang sama, sampai-sampai aku hafal nama jalan disana, bahkan Masjid
Besar yang berada dipersimpangan jalan sangat teringat olehku tempat dan
bentuknya karna tanpa disadari sudah 4 kali kami melewatinya.
Tak terasa matahari mulai enggan menemani perjalananku. ia terlihat
malu-malu hendak membenamkan diri diufuk barat. perlahan menghilang dan
bersembunyi dibalik gelap malam bersama bintang-bintang yang berusaha menghibur keresahan hatiku.Tidak
hanya aku, semua teman-teman dan pembimbing juga merasakan hal yang sama. Wajar
saja kami merasa letih dan bosan, karna sudah berjam-jam duduk diatas bus tua
tak terawat itu. dan tak ada hiburan sedikitpun didalamnya. Jangankan TV atau
video, musik dari tape recorder saja tidak ada. Namun kebersamaan kami mengalahkan
perasaan kesal yang menyelimuti hati saat itu. Di perempatan jalan, kami
melihat papan penunjuk jalan bertuliskan ”Bone”. Wajah yang sudah hampir putus
asa tiba-tiba langsung berubah ceria dan serasa ada pancaran hebat dihati kami. harapan dan impian kami untuk sampai di STAIN
Watampone akan terwujud meskipun akan menempuh 4 atau 5 jam-an lagi.
Sebelum melanjutkan perjalanan kami berhenti melepas lelah sambil menikmati
udara malam dipersimpangan jalan arah kota bone. Sebungkus nasi ditemani ikan
bakar berlumur cabe merah dan dilengkapi sedikit sayur kol membuatku bersemangat
untuk menyantap hidangan makan malam, meskipun hanya duduk diemperan warung
penduduk. Apalagi saat itu perutku sedang dilanda lapar yang amat sangat.
Kira-kira pukul delapan malam kami kembali melanjutkan perjalanan menuju kota bone. aku tidak bisa menikmati indahnya
suasana diluar karena pemandangan disepanjang jalan diselimuti malam nan kelam,
hanya ada lampu-lampu kendaraan yang berbaris rapi didepan dan belakang bus
kami. Kebanyakan teman-temanku sudah tertidur pulas, akupun sudah mulai merasa
ngantuk. Tak lama aku tertidur lelap, dibuai nyenyak sejuknya
angin yang bertiup dari jendela. meski sekali-sekali aku terbangun saat busku
berhenti. Tiba-tiba aku tersentak saat bus memasuki gerbang bertuliskan ”STAIN
Watampone”. Aku melihat arloji putih ditangan kiriku, ternyata sudah pukul
setengah dua malam. Alhamdulillah akhirnya kami sampai juga ditujuan dengan
selamat. Bermacam keluhan kami adukan kepada panitia saat mereka mendekati
rombongan kami yang tampak sangat letih karna menempuh perjalanan yang
seharusnya hanya 4 jam menjadi lebih 10 jam. Panitia merasa sangat bersalah dan
meminta ma’af atas kelalaian sopir yang mereka percayakan untuk menjemput kami.
Tak lama kemudian panitia
mengantar kami ketempat penginapan tak jauh dari kampus STAIN. Memasuki jalan Bataritoja
kami berhenti didepan sebuah rumah bercat putih. kami semua sibuk membereskan
barang masing-masing berharap tidak ada yang ketinggalan di bis. Dengan sebuah
tas dipundakku cepat-cepat aku turun. sejenak aku memperhatikan bangunan yang
ada didepanku. Sepertinya rumah ini sudah tidak ditempati lagi oleh pemiliknya,
tapi tetap bersih dan terawat. Inilah
rumah tempat kami berteduh melepas lelah selama berada di Bone. aku menarik
koperku menuju salah satu kamar diantara 6 kamar yang ada. Akupun segera istirahat
berharap besok pagi dapat bangun kembali dengan semangat. Inilah kesan
pertamaku awal menginjakkan kaki di bumi arung palakka, suka dan duka sentiasa
menemani perjalanan kami. Walau kami merasa letih dan lelah, namun semua itu
lenyap oleh kebersamaan dan tawa canda yang selalu menghiasi hati kami.
Sabtu, 27 november 2010
Pagi ini mentari mulai
memancarkan sinarnya. Ini adalah pagi pertamaku di kota bone. Angin bertiup
menyejukkan hati. Jalanan masih sepi,
suara hiruk kendaraan yang lalu lalang dijalanan masih belum terdengar. Hanya
ada kicauan burung yang menari-nari diatas pohon, seakan sedang bernyanyi
menyambut pagi hari yang segar dan indah ini. Udara masih terasa dingin, kulangkahkan
kakiku keluar dan duduk ditepi kolam didepan rumah sambil menikmati udara pagi.
Kuharap pagi yang cerah ini memberi motivasi untuk diriku agar tetap semangat
menjalani berbagai kegiatan dan kompetisi pada acara pionir ini.
Kira-kira pukul sembilan
kontingenku mulai menuju lapangan dan ikut meramaikan acara pembukaan pionir.
terik mentari perlahan-lahan mulai menyapa gelora hijau yang sudah ditata rapi
oleh panitia dengan berbagai dekorasi. kami berbaris diantara seribu lebih
kontingen yang datang dari berbagai daerah diseluruh nusantara. Diam-diam
seorang jurnalis melirik barisan kami dari kejauhan dan dengan sedikit tergesa
dia mendekat, sekedar untuk menyampaikan bahwa dia pernah ke padang dan sangat
kagum pada orang minang. karena ketika datang ketanah minang dia mendapatkan
sikap yang sangat baik dan ramah dari masyarakat. Ya, itulah yang membuat dia
kagum dan sangat menghargai orang padang.
Satu keceriaan juga ku rasakan
pada saat pawai ta’aruf. Berbaris dibelakang kami kontingen jayapura yang
tampak semangat melantunkan yel-yelan mereka, meski sudah berjalan jauh dibawah
terik matahari. Wajah lugu dan sikap narsis mereka tidak bisa kulupakan,
apalagi yel-yelan yang sering mereka nyanyikan menunjukkan ciri khas mereka
sebagai seorang anak papua. Kira-kira liriknya seperti ini ”hitam kulit,
keriting rambut, aku papua.” sampai-sampai aku dan teman-teman pun ikut nyanyi
bersama mereka.
Aku baru tahu kalau malam ini kelompokku tampil debat
bahasa arab lawan stain ponorogo. rasa cemas dan takutpun datang menyelimuti
hatiku karna tampil dihari pertama, apalagi persiapanku belum seberapa. aku deg-degan
seolah-olah akan berhadapan dengan bagian keamanan waktu di pondok dulu.hehehehe.
Ketika perdebatan berlansung, tak banyak yang bisa
kukemukakan. Lidahku serasa berat sekali sehingga sedikit kalimat yang terucap.
Untung temanku Rezy tak merasakan hal yang sama denganku, sehingga dia bisa
lebih leluasa berpikir dan berbicara. Walhasil, kelompok kami masuk 20 besar
dan akan berhadapan dengan IAIN Banjarmasin pada malam berikutnya. Kali ini aku
benar-benar ciut karna lawan yang akan kuhadapi sangat pintar. Sebelumnya aku
sempat melihat penampilan mereka melawan Stain batusangkar, sungguh bagus dan
lancar sekali bahasa arab mereka. Aku tidak bisa lagi konsentrasi mempersiapkan
bahan untuk debat, sepertinya aku kalah
sebelum bertanding. Ya, itulah yang aku rasakan. Namun pada saat tampil, aku
sedikit percaya diri dibanding malam sebelumnya, tapi tetap saja tak banyak bicara.
Selain bahan bacaanku sedikit, waktu yang diberikan juri untuk kelompokku juga
tidak banyak. Sehingga nasib kami kurang beruntung dan belum bisa meraih kemenangan.
Namun banyak hal yang ku dapat dari pertandingan ini. Selain pengalaman, banyak
pelajaran yang bisa kujadikan alat ukur untuk diriku khususnya, otomatis
menjadi cambuk motivasi untuk terus maju dan miningkatkan diri.
Dalam pertandingan pasti ada kalah dan menang, dan
hari ini adalah kemenanganku yang masih tertunda, tapi aku yakin dilain waktu
dan dilain tempat aku pasti bisa sukses, amin.
Beberapa orang temanku masih ada
yang bertanding dihari ke-3 dan ke-4, yaitu tim takraw dan tilawah putra, mereka mewakili kampusku masuk kebabak final.
Aku dan teman-teman tak pernah absen menjadi suporter, setidaknya kehadiran
kami bisa menambah semangat dan percaya diri mereka. Hujan dan panas tak
sedikitpun kami hiraukan, yang penting kami hadir ditengah mereka untuk
memberikan teriakan dan sorakan yang membawa semangat untuk mereka.
Akhirnya tibalah acara puncak , acara yang sangat
dinanti-nantikan oleh para peserta pionir. disebuah gedung olahraga penuh sesak
oleh para peserta dan panitia acara. Malam ini juga akan diumumkan pemenang2
tiap pertandingan. Kampusku dapat 1 emas dan 1 perak, kami bersyukur karna ada
buah tangan yang bisa kami persembahkan untuk IAIN tercinta. Dan yang
mendapatkan juara umum pada pionir kali ini adalah STAIN Palopo.
1 november 2010
Pagi ini matahari tak secerah
biasanya, begitu juga hatiku. Aku sedih karna harus meninggalkan kota bone,
walaupun sudah beberapa hari aku tinggal disini. tapi ya harus gimana lagi,
tiket sudah dipesan dan aku harus balik lagi kepadang kuliah seperti biasanya.
Namun kota bone kan selalu terkenang olehku. masyarakatnya, bangunan-banguanya,
suasananya dan segala yang pernah kulihat tak kan pernah kulupakan. Selamat
tinggal bumi arung palakka, kuberharap bisa kesini lagi dilain waktu.
Selama
diperjalanan menuju makassar mataku selalu liar menangkap pemandangan-pemandangan
nan indah dan asri. Kali ini perjalananku sangat menyenangkan dan nyaman. Dengan
bis kampus dari makassar kami langsung menuju gowa yaitu kawasan kampus 2 UIN
Alauddin Makassar. Aku sungguh takjub ketika melihat pemandangan saat memasuki gerbang
kampus UIN alauddin. Kampusnya sangat luas, bangunannya unik, besar dan bertingkat-tingkat,
jauh beda bila dibandingkan dengan kampusku. Ketika aku dibawa kepenginapan,
mereka menyambut kedatangan kami dengan ramah dan senang. Itu yang membuatku
kagum terhadap mereka. Sesore-sore haripun mereka mengajak kami jalan-jalan
keliling kota makassar, menikmati suasana malam dipinggir pantai kota. Baru
kali ini kumelihat ada kota diatas laut. kata orang laut itu didam dan
dijadikan kota, jadilah kota diatas laut. Ada juga masjid terapung yag masih
dalam masa pembangunan. Benar-benar kota yang indah dan megah.
Aku juga sempat mencoba pisang
epe khas makassar, menurutku makanan itu seperti pisang bakar kalau dipadang.
Kemudian kami dibawa ke karebossi, lapangan bola yang dibawahnya ada
supermarket. Setelah puas berbelanja membeli oleh-oleh untuk ku bawa kepadang,
akhirnya kami kembali kepenginapan di wisma uin alauddin.
2 november 2011
Hari ini akau dan rombongan harus
balik lagi kepadang. Padahal aku ingin
sekali berlama-lama dikota makassar, biar aku bisa jalan-jalan dan keliling
kota sepuasnya,hehehe. But, it’s time for going back to my city. good by
sulawesi. I hope I can visit you another time.
0 comments:
Posting Komentar