Minggu, 16 Agustus 2010
”nah ni dia kak ana baru datang, ko’
telat sih kak..??? ” tanya sari
dan zia saat aku menghampirinya. Teman-temanku sudah berkumpul dari tadi diterminal
aur kuning. Tinggal menunggu keberangkatan menuju desa palembayan, tempat
dimana kami akan mengadakan pesantren ramadhan kali ini.
”
sory banget ya, tadi ada surat-surat
yang harus aku ketik, jadi telat deh..”dengan rasa
bersalah aku meminta ma’af kepada mereka atas keterlambatanku.
Pukul sepuluh
menjelang siang, terik matahari perlahan-lahan menyapa tubuhku, udara memang
terasa panas, hiruk pikuk kendaraan yang lalu lalang membuatku ingin
cepat-cepat menuju desa palembayan. ”wah aku udah ngga’ sabar lagi
nih ingin berada disana, melihat pemandangan yang indah,menghirup udara segar
dan mandi di sungai yang jernih”, ujarku dalam hati.
”yuk kawan-kawan bis nya udah nunggu tuh
dekat mobil binter, kita harus segera berangkat” instruksi dari
ketua hmj membuyarkan lamunanku.
Aku bergegas menuju bus bintros jurusan
bukittinggi – palembayan yang akan segera berangkat. Sesaat setelah melompat
kedalam bus aku bernafas lega. Aku merebahkan tubuh yang penat dan berharap
bisa menikmati perjalananku. Tidak semua kursi terisi di bus ini dan hampir
semua penumpang adalah teman-temanku yang akan menjadi instruktur pesantren
Ramadhan. Aku duduk sendirian dikursi paling depan tepatnya dibelakang supir
sebelah kanan. sedangkan teman-temanku yang dibelakang duduk berdua-dua. Ya setidaknya
ada yang bisa mereka ajak ngobrol biar g’ suntuk selama diperjalanan.
Sebenarnya aku sedikit iri melihat mereka, but it’s okey, aku berusaha
menghibur hatiku dengan bernyanyi sambil melihat-lihat pemandangan yang asri. Tak
lama setelah bisku memasuki daerah matur, seorang temanku maju kedepan dan duduk
disampingku. Dia adalah ketua kosma dilokalku,teman-teman biasa
memanggilnya abeel. Dia mencoba mengajakku ngobrol dan bercanda bersama geby
yang juga ikut duduk didepan.
Kurang lebih
empat jam waktu yang kami tempuh. Selain jauh, jalanan yang berlika-liku ini cukup
membuat perutku terasa mual. Apalagi bus yang kutumpangi meleset sangat cepat
seperti peluru, tidak jarang tubuhku terlempar kekiri dan kekanan. Kebanyakan
teman-temanku sudah tertidur pulas, abeel dan geby pun tampaknya sudah mulai
diam. Karna tidak ada lagi yang bisa aku ajak ngobrol,akupun berusaha
mengiringi alunan suara merdu nike ardila yang distel oleh pak supir. Tak lama
aku tertidur lelap, dibuai nyenyak sejuknya angin yang bertiup dari jendela.
meski sekali-sekali aku terbangun saat busku berhenti mendadak.
Tiba-tiba aku tersentak ketika mendengar
pemberitahuan bahwa perjalanan kami sudah usai.
”
Salareh aia..salareh aia.., ayo turun kita sudah sampai....” teriak
beberapa orang temanku.
Sambil mengucek-ngucek mataku yang masih
ngantuk, aku bertanya kepada salah seorang teman yang duduk dibelakangku. ” emang kita udah
nyampe’ ya..???”
”udah tau, ayo buruan turun”
sembari mengajakku berjalan menuju pintu belakang.
Semua temanku sibuk membereskan barang masing-masing
berharap tidak ada yang ketinggalan di bis. Dengan sebuah tas dipundakku cepat-cepat
aku turun dan berhenti didepan sebuah sekolah. Sejenak aku memperhatikan
bangunan sederhana yang ada didepanku.
Mungkin sekolah ini adalah tempat
belajar adek-adekku yang akan ikut pesantren Ramadhan nanti. Bangunan ini
kelihatannya sudah lama,dengan cat dinding krem yang sudah mulai pudar.
Pekarangannya kecil, tak ada satupun bunga atau pohon yang tumbuh, hanya ada tiang
bendera yang berdiri kokoh ditengah-tengah halaman. Air jernih dari got kecil
mengalir disepanjang pekarangan, tempat mereka membasuh muka ketika ngantuk
dikelas dan berwudhu’ sebelum shalat. Dibelakang bangunan ini terbentang sawah
hijau yang luas, dan dihiasi bukit-bukit yang berbaris rapi dari kejauhan.
sungguh pemandangan yang sangat indah dan menakjubkan.
Ada enam ruangan terdapat pada bangunan ini,
tiga ruangan untuk kelas belajar para siswa, satu ruangan untuk kantor guru,
satu ruangan untuk tempat shalat, dan
satunya lagi tempat kursus komputer.
Namun aku tidak menemukan perpustakaan
di sekolah ini. Padahal pustaka itu banyak sekali manfaatnya bagi para siswa,
diantaranya untuk meningkatkan minat baca mereka untuk mendapatkan banyak pengetahuan.
Beberapa saat kemudian
aku dibawa kesebuah rumah didepan sekolah, tempat aku berteduh melepas lelah
selama satu minggu ini. Aku menarik koper kecilku menuju sebuah kamar bersama 9
orang teman putriku. Kamarnya sempit tidak cukup untuk jumlah kami sebanyak 10
orang. Namun kami tetap bersyukur bisa tinggal disini. Ya kalau buat tidur kami
tidak terlalu ambil pusing, karna kami bisa tidur diruang tamu yang cukup
besar. Hanya ganti pakaian saja didalam kamar.
Setelah shalat dzuhur dan melepas lelah
sesaat, aku dan teman-teman kembali berkumpul disebuah ruangan sekolah.
Sepertinya ruangan ini sudah disediakan untuk tempat istirahat sekaligus posko
instruktur. Disinilah kami akan bermusyawarah, berdebat, saling bertukar
pikiran, dan mempersiapkan segala kegiatan-kegiatan yang akan kami angkat
selama tujuh hari ini. Ruangan yang selalu dipenuhi senda gurau, seolah tak ada
kesedihan yang datang menghampiri kami. Walau kadang kami merasa letih dan
lelah, namun semua itu lenyap oleh kerjasama dan tawa canda yang selalu
menemani kami setiap hari. Ruangan ini yang akan menjadi saksi kebersamaan kami
HMJ Program Khusus two thousant and ten.
Senin, 17 agustus 2010
Pagi ini mentari
mulai memancarkan sinarnya. Ini adalah pagi pertamaku didesa palembayan. Angin
bertiup menyejukkan hati. Jalanan masih
sepi, suara hiruk kendaraan yang lalu lalang dijalanan kota tidak terdengar lagi. Hanya ada kicauan burung
yang menari-nari diatas pohon, seakan sedang bernyanyi menyambut pagi hari yang
segar dan indah ini. Udara masih terasa dingin, kulangkahkan kakiku keluar
rumah. Rumput-rumput masih basah dan tanah sedikit berair, sisa-sisa air hujan
tadi malam. Aku terus berjalan menapaki jalan raya didepan sekolah sambil menikmati
udara pagi.
” cieeeee bu’ noe pagi-pagi udah
jalan-jalan sendiri, ntar nyasar lho...” saroh yang biasa memanggilku
dengan sebutan bu’ noe itu berusaha menggodaku. Ngga’ tau kenapa gelar bu’ noe
sudah lekat saja pada diriku, mungkin karna aku pernah menjadi gurunya selama
satu tahun sewaktu pengabdianku di ponpes adlaniyah . Panggilan ustadzah
waktu dipesantren dulu diganti menjadi buk, dan noe diambil dari
nama belakangku noerizza, maka jadilah buk noe. Lucu juga ya...hehheeee,,,J
” iya ni kakak, semangat amat...ada
apa niee..??” nurul yang sedari tadi
duduk diteras rumah juga ikut godain aku.
” ya harus semangat donk...kalian
lupa ya, sekarang kan tanggal tujuh belas agustus hari kemerdekaan republik
indonesia. Jadi kita harus semangat kaya’ pejuang-pejuang kita dulu. Walaupun
kita ngga’ ikut upacara kemerdekaan, setidaknya kita bisa mengenang pengorbanan
dan semangat juang para pahlawan kita dulu, ya ngga’?” paparku panjang
lebar kepada mereka.
”betul betul betul...we must keep spirit
for our success..!!! bela Sila yang baru saja datang
menghampiri kami.
Tiba-tiba Adek muncul dan langsung ikut
nimbrung bersama kami. Adek berasal dari pasaman, tapi tahu seluk beluk
palembayan. Lho ko’ bisa...???. Ternyata
dia pernah sekolah disana selama tiga
tahun waktu mts dulu, makanya akrab sama masyarakat sana dan tak sedikit
tempat-tempat yang dia ketahui. Ada lagi hal yang lebih aneh dari sosok seorang
adek, yaitu soal nama. Semua orang memanggilnya adek, padahal kalau dilihat
dari namanya ngga’ ada sedikitpun kata adek, sangat jarang sekali orang yang
tahu nama aslinya ”Desi Maziah”. Bahkan anak-anak kecil disana tidak ada yang
memanggilnya kak Desi, tapi Ni adek. Ada-ada saja...udah kakak, adek
lagi....:-)
” kak mandi yuk,mumpung masih pagi
lho..” gadis berkacamata yang akrab dipanggil echa itu datang mengajakku
mandi.
”o iya acara kita kan mulai jam 8, ya udah kita kesungai sekarang aja...”
pipit yang dari tadi diam akhirnya bersuara mendukung ajakan echa.
”he eh, yuk kita kesungai... ”
aku mengiyakan ajakan mereka, dan tak lupa mengajak teman-teman yang lain juga.
*****
Pukul delapan para siswa dan guru-guru Mts S
MTI berdatangan dan menuju ruangan yang
sudah dipersiapkan. Sebentar lagi acara
pembukaan pesantren ramadhan akan dimulai. Para instruktur pun sudah berkumpul
disana. Aku ditunjuk sebagai MC untuk acara pembukaan ini. Sementara menunggu
kepala sekolah, kami meminta dari perwakilan siswa untuk membawakan satu atau
dua buah lagu dengan alat musik yang biasa mereka mainkan.
Kami cukup terhibur oleh penampilan
mereka.
Tak lama
kemudian sosok kepala sekolah yang kami tunggu-tunggu pun datang. Aku bersyukur
acara ini berjalan dengan lancar, meskipun terdapat sedikit kekurangan. Dalam pembukaan
tadi kepala sekolah menyampaikan pidatonya dengan semangat, tak kalah oleh
semangat para pejuang kita. Beliau adalah pahlawan bagi masyarakat dan para
siswa mti khususnya. Dengan kehidupan yang sangat sederhana, beliau masih bisa
memikirkan kalangsungan pendidikan anak-anak dikampung itu. Kebanyakan siswa
yang menutut ilmu di mti itu dalah anak-anak yang kurang mampu, dan mereka
belajar disana gratis tanpa dipungut biaya sedikitpun. Berkat kerja keras dan
perjuangan kepala sekolah lah sekolah ini masih bisa bertahan. Mungkin sudah
lebih sepuluh tahun. Beliau berusaha mencari bantuan dan uluran tangan para
dermawan untuk siswanya agar dapat sekolah dan menjadi orang sukses. Sungguh mulia jasa bapak Damrizal atau pak
idam panggilan akrab kepala sekolah itu.
Aku jadi
teringat novel laskar pelangi, kisahnya persis seperti keadaan sekolah yang aku
lihat. Walaupun belajar di sekolah yang kecil dan hidup dalam kesederhanaan, namun
semangat mereka tak pernah redup dan terus optimis menyongsong cahaya masa
depan.
Hari demi hari tlah kami lewati dengan
segala suka dan duka dan segudang pengalaman. Wajah lugu dan lucu mereka selalu
membuat kami bahagia, meski sekali-sekali kami jengkel dengan kenakalan mereka.
Rasa lelah dan letih tak jadi halangan untuk membimbing dan mengayomi mereka.
Dear my sisters and brothers
MTs S MTI Salareh Aia
Kalaulah tangan ini sayap,
pasti kakak kan terbang menembus gelap malam, tuk petik bintang-bintang dan
membawa rembulan untuk kakak hadiahkan indahnya bagi Sang Maha, yang telah
memberikan segala karunianya pada kita semua, karena seribu kata syukur takkan
cukup wakilkan semua.
Adek-adek sekalian, apalah
hendak dikata, hari ini tiba juga akhirnya, hari yang membuat hati bahagia
sekaligus sedih. Kakak bahagia karena telah melewati hari-hari bersama kalian,
kakak bahagia bisa berbagi tawa dan senyum bersama kalian, kakak bahagia karena
telah membagi sedikit pengalaman kakak, kakak bahagia dapat melihat wajah-wajah
kalian, kakak bahagia telah menjadi instruktur kalian, kakak bahagia pernah
menjadi bagian dalam hidup adek-adek sekalian. Kalian adalah salah satu fragmen
kehidupan kakak yang paling berkesan karena pertemuan kita ini mahal harganya,
tak dapat dibeli dengan seribu kenangan manis lainnya.
Anyway, kakak sedih karena
sering memarahi kalian, kakak sedih karena tidak bisa meningkatkan mentalitas
kalian, kakak sedih karena belum bisa meningkatkan kualitas kalian, kakak sedih
karena tak ada lagi yang bisa kakak berikan pada adek-adek kecuali do’a kakak
untuk semua wajah yang mengukir senyum didinding hati kakak ini.
Harapan-harapan kakak pada kalian tidak akan habis, kakak ingin dan kakak
berharap adek-adek semua menjadi pribadi yang lebih baik dan terbaik nanti dan
dimasa yang akan datang. Belajarlah dengan sungguh-sungguh karena kalian adalah
harapan orang-orang yang mencintai kalian, prestasi kalian adalah bentuk
kebahagiaan dan penghargaan bagi mereka.
Terakhir, kata apa yang
pantas kakak ucapkan bagi kalian yang telah memberikan kakak sejuta pengalaman
dan rasa. Jika ada bulan dan bintang yang bisa dipetik, pasti kakak berikan
pada kalian satu-persatu agar tetap bercahaya dihati kalian. Jika kakak punya
waktu yang luas pasti kakak kan habiskan semua bersama kalian. Tapi kakak tak
punya itu semua. Kakak hanya miliki kata, satu kata yang tak cukup diucap hanya
sekali, satu kata yang harus diucap berkali-kali seperti tasbih dan dzikir
yaitu “TERIMAKASIH”. Bagi kakak, kalian adalah sesuatu yang mahal sekali.
Waktu yang telah
mempertemukan kita dan waktu pulalah yang memisahkan kita. Maka demi masa yang
terus berputar, semoga pertemuan dan perpisahan ini menjadi berkah dan
bermanfa’at bagi kita semua. Untuk semua senyum dan tawa yang kalian bagi untuk
kakak, dengan penuh cinta kakak ingin mengatakan “kakak sayang kalian semua”.