By : Hidayati
Akhir-akhir ini
masalah akhlak sering diabaikan, terutama dalam mencari ilmu. Di lingkungan
sekolah misalanya, salah satu hal yang menjadi sorotan utama yaitu adab murid
kepada guru. Penghormatan murid kepada guru dianggap sebagai hal yang bukan
acuan utama, sehingga tidak sedikit murid yang meremehkan guru. Padahal seorang
penuntut ilmu haruslah meghiasi dirinya dengan adab dan akhlak mulia. kemudian
mengamalkan ilmunya dengan menerapkan akhlak mulia sebagai teladan diri sendiri
dan orang lain. Kini saatnya kita kembali mendulang adab-adab mencari yang
telah dicontohkan oleh para ulama, sehingga ilmu dapat memberi manfaat baik
pada tataran duniawi maupun ukhrawi.
Dalam artikel
ini saya akan paparkan,
sekurang-kurangnya ada tiga adab bagi pencari ilmu. Pertama, menyucikan hati dari segala pelanggaran-pelanggaran dan
maksiat. Sebelum belajar hendaknya setiap siswa atau murid memeriksa kembali
kondisi hati, membersihkan hati dari dosa kecil maupun besar. Dalam masalah
dunia saja seseorang perlu membersihkan wadah yang kotor sebelum digunakan.
Sebagai contoh, piring yang kotor harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum
diisi dengan nasi atau makanan yang lainnya. Apalagi ilmu sebagai bekal dunia
dan akhirat. Bagaimana bisa diletakkan di dalam hati yang kotor? Mengutip
sebuah mahfuzhat, dikatakan bahwa ilmu itu adalah cahaya dan cahaya Allah tidak
akan ditunjukkan kepada orang-orang yang bermaksiat.
نور ونور الله لا يهدى للعاصى العلم
Maka saatnyalah para penuntut ilmu
membersihkan hati mereka agar tidak merugi. Karena ilmu tidak terletak pada
raport, ijazah dan gelar akademik semata, tapi ilmu yang sesungguhnya ada pada
manfaat dan amalan dalam kehidupan. sebaliknya, kalau hati tidak bersih maka
manfaat dari ilmu itu tidak didapat sehingga tidak berbekas dalam amalan sehari
-hari. Ibarat pohon yang tidak berbuah, tidak banyak memberi manfaat. Berbeda dengan
pohon yang berbuah, memberi manfaat kepada banyak orang sehingga dicari-cari
dan bernilai mahal. Al-'Ilmu bi laa
'amalin ka al-syajari bilaa tsamarin".
Kedua, adalah
ikhlas. Setiap pelajar harus mengikhlaskan niatnya terlebih dahulu untuk
mencari ilmu karena Allah Swt. " Kesekolah apa yang dicari ??".
Pertanyaan ini perlu diinsyafi kembali oleh setiap pelajar. Datang ke sekolah
untuk apa? mencari apa? Apakah untuk mencari enaknya saja atau mencari teman?.
Kalau jawabannya adalah "untuk mencari ilmu dan pendidikan", maka ini
adalah jawaban yang tepat. Dengan demikian, setiap pelajar harus siap dididik,
siap dibina, patuh kepada guru dan setiap peraturan yang ada di sekolah.
Sehingga tidak ada lagi pelajar yang malas belajar, malas masuk kelas, bahkan
malas ke sekolah.
Adab yang ketiga adalah tawadhu' dan rendah hati. Umar bin Khattab berkata:
تواضعوا لمن تعلّمون منه
"tawadhu'lah kalian terhadap orang
yang mengajari kalian".
Mengenai hal ini, saya teringat sebuah
kisah tentang seorang bijak yang sedang mengajari muridnya kerendahan hati ala
seorang pembelajar. Dalam kisah itu, sang bijak berkata, "tolong tuangkan
air diteko itu ke dalam gelasku wahai muridku." Dengan sigap sigap
muridnya menyambut. diangkatnya teko itu lalu disodorkan kemulut gelas yang
dipegang sang guru. Ketika air keluar dari teko, sang guru menggeser letak
gelasnya hingga posisinya lebih tinggi dari mulut teko. Bertumpahanlah air itu
di atas lantai yang menjadi basah karenanya. Si murid kaget dan minta maaf
dengan berkata gugup. Lalu tangannya kembali menggerakkan teko dan menuangkan
air ke dalam gelas sang guru. Lagi-lagi guru tersebut mengangkat gelasnya itu
menjadi lebih tinggi, sehingga air kembali tumpah ke lantai.
Untuk kejadian pertama, si murid dengan
mudah bisa memakluminya. ketika hal itu terjadi berulang kali, kesabarannya
sudah habis. Dia berbalik membelakangi
gurunya, lalu segera pergi dari situ. Langkah perginya terhenti oleh suara sang
guru. "Itulah kenapa, setiap orang yang ingin belajar harus bersedia
menurunkan ketinggian hatinya.."
Dari sepenggal kisah di atas dapat
diambil pelajaran bahwa seseorang tidak akan pernah bisa belajar jika masih
membiarkan dirinya tenggelam dalam sikap tinggi hati. Siapapun gurunya, apapun
metode dan bagaimanapun cara yang dipakai untuk mengajar, siswa tidak akan
mendapatkan apa-apa karena dengan ketinggian hati, setiap pelajaran yang
diberikan guru hanya menjadi tertumpah-tumpah. Jika kita seorang murid maka
inilah saatnya untuk melihat setinggi apakah kita meletakkan hati ini?. Boleh
saja seseorang berpendidikan formal lebih tinggi, bisa saja uangnya lebih
melimpah ruah. Namun, jika tidak memiliki kerendahan hati, seseorang tidak akan
pernah bisa mendapat pelajaran dari orang yang dianggap rendah.
Jika seorang pelajar bersikukuh
menganggap diri lebih pintar dari guru yang akan mengajarinya, sebaiknya tidak usah belajar.
karena ketinggian hati dan kesombongan seorang murid akan menghalangi masuknya
ilmu ke dalam gelas pembelajarannya. Hal ini senada dengan pendapat DR Usman
As-Sufyan yang mengatakan : " Jika seorang murid berakhlak buruk kepada
gurunya maka akan menimbulkan dampak yang buruk pula, yaitu hilangnya berkah
dari ilmu yang di dapat dan tentunya tidak dapat mengamalkan ilmu
tersebut." Maka saatnyalah seorang murid tawadhu' dan tidak sombong
terhadap gurunya agar ilmu yang diberikan dapat dicerna dan diamalkan.
Demikianlah adab yang harus diperhatikan
oleh setiap pelajar sebagaimana dijelaskan di atas. Ketiga adab tersebut memang
kelihatannya kecil, tapi kadang sulit untuk dilakukan, kecuali bagi orang yang
benar-benar sadar arti belajar yang sesungguhnya. Semoga kita selalu diberkahi
Allah SWT dalam setiap langkah mencari ilmu dan keridhoan-Nya, serta dapat
mengamalkan setiap ilmu yang kita dapat. Sehingga bermanfaat untuk diri sendiri
dan orang lain. Khairunnaasi ahsanuhum
khuluqan wa anfa'uhum linnaasi. "Sebaik-baik manusia itu adalah yang
terbaik budi pekertinya (akhlaknya) dan lebih bermanfaat bagi manusia.
0 comments:
Posting Komentar