Rabu, 15 Maret 2017

PENTINGNYA AKHLAK DALAM MENUTUT ILMU


By : Hidayati

Akhir-akhir ini masalah akhlak sering diabaikan, terutama dalam mencari ilmu. Di lingkungan sekolah misalanya, salah satu hal yang menjadi sorotan utama yaitu adab murid kepada guru. Penghormatan murid kepada guru dianggap sebagai hal yang bukan acuan utama, sehingga tidak sedikit murid yang meremehkan guru. Padahal seorang penuntut ilmu haruslah meghiasi dirinya dengan adab dan akhlak mulia. kemudian mengamalkan ilmunya dengan menerapkan akhlak mulia sebagai teladan diri sendiri dan orang lain. Kini saatnya kita kembali mendulang adab-adab mencari yang telah dicontohkan oleh para ulama, sehingga ilmu dapat memberi manfaat baik pada tataran duniawi maupun ukhrawi.
Dalam artikel ini  saya akan paparkan, sekurang-kurangnya ada tiga adab bagi pencari ilmu. Pertama, menyucikan hati dari segala pelanggaran-pelanggaran dan maksiat. Sebelum belajar hendaknya setiap siswa atau murid memeriksa kembali kondisi hati, membersihkan hati dari dosa kecil maupun besar. Dalam masalah dunia saja seseorang perlu membersihkan wadah yang kotor sebelum digunakan. Sebagai contoh, piring yang kotor harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum diisi dengan nasi atau makanan yang lainnya. Apalagi ilmu sebagai bekal dunia dan akhirat. Bagaimana bisa diletakkan di dalam hati yang kotor? Mengutip sebuah mahfuzhat, dikatakan bahwa ilmu itu adalah cahaya dan cahaya Allah tidak akan ditunjukkan kepada orang-orang yang bermaksiat.
نور ونور الله لا يهدى للعاصى العلم
Maka saatnyalah para penuntut ilmu membersihkan hati mereka agar tidak merugi. Karena ilmu tidak terletak pada raport, ijazah dan gelar akademik semata, tapi ilmu yang sesungguhnya ada pada manfaat dan amalan dalam kehidupan. sebaliknya, kalau hati tidak bersih maka manfaat dari ilmu itu tidak didapat sehingga tidak berbekas dalam amalan sehari -hari. Ibarat pohon yang tidak berbuah, tidak banyak memberi manfaat. Berbeda dengan pohon yang berbuah, memberi manfaat kepada banyak orang sehingga dicari-cari dan bernilai mahal. Al-'Ilmu bi laa 'amalin ka al-syajari bilaa tsamarin".
Kedua, adalah ikhlas. Setiap pelajar harus mengikhlaskan niatnya terlebih dahulu untuk mencari ilmu karena Allah Swt. " Kesekolah apa yang dicari ??". Pertanyaan ini perlu diinsyafi kembali oleh setiap pelajar. Datang ke sekolah untuk apa? mencari apa? Apakah untuk mencari enaknya saja atau mencari teman?. Kalau jawabannya adalah "untuk mencari ilmu dan pendidikan", maka ini adalah jawaban yang tepat. Dengan demikian, setiap pelajar harus siap dididik, siap dibina, patuh kepada guru dan setiap peraturan yang ada di sekolah. Sehingga tidak ada lagi pelajar yang malas belajar, malas masuk kelas, bahkan malas ke sekolah.
Adab yang ketiga adalah tawadhu' dan rendah hati. Umar bin Khattab berkata:
تواضعوا لمن تعلّمون منه
"tawadhu'lah kalian terhadap orang yang mengajari kalian".
Mengenai hal ini, saya teringat sebuah kisah tentang seorang bijak yang sedang mengajari muridnya kerendahan hati ala seorang pembelajar. Dalam kisah itu, sang bijak berkata, "tolong tuangkan air diteko itu ke dalam gelasku wahai muridku." Dengan sigap sigap muridnya menyambut. diangkatnya teko itu lalu disodorkan kemulut gelas yang dipegang sang guru. Ketika air keluar dari teko, sang guru menggeser letak gelasnya hingga posisinya lebih tinggi dari mulut teko. Bertumpahanlah air itu di atas lantai yang menjadi basah karenanya. Si murid kaget dan minta maaf dengan berkata gugup. Lalu tangannya kembali menggerakkan teko dan menuangkan air ke dalam gelas sang guru. Lagi-lagi guru tersebut mengangkat gelasnya itu menjadi lebih tinggi, sehingga air kembali tumpah ke lantai.
Untuk kejadian pertama, si murid dengan mudah bisa memakluminya. ketika hal itu terjadi berulang kali, kesabarannya sudah habis. Dia berbalik  membelakangi gurunya, lalu segera pergi dari situ. Langkah perginya terhenti oleh suara sang guru. "Itulah kenapa, setiap orang yang ingin belajar harus bersedia menurunkan ketinggian hatinya.."
Dari sepenggal kisah di atas dapat diambil pelajaran bahwa seseorang tidak akan pernah bisa belajar jika masih membiarkan dirinya tenggelam dalam sikap tinggi hati. Siapapun gurunya, apapun metode dan bagaimanapun cara yang dipakai untuk mengajar, siswa tidak akan mendapatkan apa-apa karena dengan ketinggian hati, setiap pelajaran yang diberikan guru hanya menjadi tertumpah-tumpah. Jika kita seorang murid maka inilah saatnya untuk melihat setinggi apakah kita meletakkan hati ini?. Boleh saja seseorang berpendidikan formal lebih tinggi, bisa saja uangnya lebih melimpah ruah. Namun, jika tidak memiliki kerendahan hati, seseorang tidak akan pernah bisa mendapat pelajaran dari orang yang dianggap rendah.
Jika seorang pelajar bersikukuh menganggap diri lebih pintar dari guru yang akan  mengajarinya, sebaiknya tidak usah belajar. karena ketinggian hati dan kesombongan seorang murid akan menghalangi masuknya ilmu ke dalam gelas pembelajarannya. Hal ini senada dengan pendapat DR Usman As-Sufyan yang mengatakan : " Jika seorang murid berakhlak buruk kepada gurunya maka akan menimbulkan dampak yang buruk pula, yaitu hilangnya berkah dari ilmu yang di dapat dan tentunya tidak dapat mengamalkan ilmu tersebut." Maka saatnyalah seorang murid tawadhu' dan tidak sombong terhadap gurunya agar ilmu yang diberikan dapat dicerna dan diamalkan.
Demikianlah adab yang harus diperhatikan oleh setiap pelajar sebagaimana dijelaskan di atas. Ketiga adab tersebut memang kelihatannya kecil, tapi kadang sulit untuk dilakukan, kecuali bagi orang yang benar-benar sadar arti belajar yang sesungguhnya. Semoga kita selalu diberkahi Allah SWT dalam setiap langkah mencari ilmu dan keridhoan-Nya, serta dapat mengamalkan setiap ilmu yang kita dapat. Sehingga bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Khairunnaasi ahsanuhum khuluqan wa anfa'uhum linnaasi. "Sebaik-baik manusia itu adalah yang terbaik budi pekertinya (akhlaknya) dan lebih bermanfaat bagi manusia.

0 comments:

Posting Komentar